Monday, August 10, 2015

Lebaran Trip 2015

Setelah merangkum hari libur resmi yang berlaku dikantor di Denpasar yang ada libur Galungan dan Kuningan nya  serta hari libur Hari Raya Idul Fitri  pada kantor Jakarta dan juga menambahkan beberapa hari besar maka hari libur lebaran saya untuk tahun 2015 ini adalah mulai tanggal 13 Juli - 2 Agustus 2015. Lumayan panjang dan saya pun mulai menimbang2 destinasi yang akan saya tuju.Dengan prioritas destinasi yang belum pernah saya kunjungi.

Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil 5 (lima) hari trip ke arah pulau  Sumatera, tepatnya ke lokasi yang belum pernah saya kunjungi yaitu pulau Bangka, iya pulau itu yang menjadi tujuan saya. Pulau yang terkenal dengan wisata pantainya dan kuliner nya yang lezat. Selain ke Bangka saya juga berkeinginan untuk mengunjungi pulau Belitung yang indah itu.Informasi akses ke P.Bangka sudah lengkap saya kumpulkan, hanya saja untuk lanjut ke P.Belitung belum saya dapatkan detailnya.
Propinsi Bangka Belitung
Saya start dari Denpasar hari Jum'at tanggal 10 Juli 2015 pukul 10.00, setelah menyelesaikan tugas2 kantor yang akan saya tinggalkan selama tiga minggu. Perasaan full confident, karena Scorpy sudah dipersiapkan secara matang. Termasuk ganti gear/chain set. Cuaca kota Denpasar juga cukup sejuk pagi itu. Perkiraan saya, dalam 2 (dua)  jam saya dapat tiba di daerah Negara yang terdapat beberapa masjid guna menunaikan sholat Jum'at.

Namun baru berjalan sekitar 3 (tiga) km, saya merasakan ada yang tidak enak di motor, dan saya pun berhenti untuk mengecheck. Ternyata rantai posisinya kekencangan dan setelan nya sudah abis, alias tidak bisa dikendorin lagi. Tidak salah lagi ini penyebabnya ulah mekanik yang ngeyel, saya minta potong 1 mata saja (pakai rantai ori nya Vixion) ternyata dia potong 2 mata.Amsiong deh, harus beli rantai baru lagi....en gak bisa beli ketengan rantai doangan, kudu set dengan gear depan dan gear belakang.

Dekat terminal Ubung, saya temukan bengkel motor non resmi Yamaha (Bike Point) yang kebetulan juga menjual parts asli Yamaha termasuk rantai. Apa boleh buat, baru start sudah kena Rp.280 rebu untuk beli chain set. Hanya saya pasang rantai nya saja, gear set saya titip di bengkel untuk diambil saat pulang ke Denpasar nanti.
Ganti rantai
Selesai proses ganti rantai, perjalanan saya lanjutkan dan tiba di Negara, Jum'atan baru saja bubar. Mau diapakan lagi toh? Berhubung saat itu status saya sebagai seorang musafir, maka saya tidak berpuasa dan menyempatkan untuk makan siang di RM Restu Bundo ,di Negara.Ayam gulai yang cukup nikmat plus segelas es teh manis dihargai Rp.20.000 itu sangatlah melepas dahaga lapar dan haus siang itu.
Nasi ayam gulai di Negara
Setelah selesai makan siang di Negara saya langsung melanjutkan perjalanan ke Gilimanuk untuk menyeberang ke Ketapang.Lancar sekali dan Scorpy langsung masuk ke ferry.

Crossing to Ketapang
Setelah turun dari ferry di Ketapang, saya langsung mampir ke SPBU di Ketapang untuk mengisi full bensin agar dapat berjalan aman sejauh 700 km tanpa repot refueling lagi. Sempat saya bertanya kepada petugas SPBU perihal abu vulkanik Gn.Raung. Ternyata sangat beruntung saya, karena sehari sebelumnya kota Ketapang dipenuhi abu vulkanik dan hari ini angin bertiup kearah selatan Gn.Raung yaitu kota Jember dan sekitarnya yang menjadi giliran kena abu.

Perjalanan saya lanjutkan dan tidak terasa kota Situbondo sudah terlewati dan hari pun mulai gelap. Melewati Pasir Putih, saya coba minggir sebentar untuk menikmati keindahan senja disitu.
Senja di Pasir Putih


Namun mendadak ada sinyal dari bagian arah perut untuk minta segera diisi. Setiba nya di Paiton, saya menepi pada sebuah warung mie ayam bakso .Cukup nikmat mie ayam nya dengan published rate Rp. 8.000, including first drink :)

Mie ayam baso di Paiton.
Lepas Paiton malam semakin larut dan kondisi jalan yang kering tanpa hujan membuat stamina saya lebih terjaga tetap fit dan tidak cepat lelah.Ketika melewati titik rawan begal antara kota Grati hingga Pasuruan, saya pun mengubah riding style dengan variasi pace tidak teratur, antara sedang dan kencang dan selap selip diantara kendaraan2 agar tidak menjadi inceran para begal yang banyak beroperasi didaerah itu.Apabila kita riding konstan di 60 km/jam hampir dapat dipastikan akan menjadi sasaran empuk begal.Tapi saya temukan ritme riding yang berubah2 antara 80 dan 100 km per jam sehingga secara logika akan sulit para begal untuk melewati saya dan apabila ternyata speed 100 km masih juga nempel, yah tinggal buka dikit lagi sampai 120 km, karena jalan besar dan lurus, pasti begal nya eungap....alias ketinggalan..hehehe. Karena pengalaman didaerah itu saya pernah dikejar begal (dipastikan begal karena gak pake helm, boncengan dan 2 motor yang mengejar) yang menggunakan pake motor Suzuki Shogun yang suaranya sangar.Jadi karena suara motornya keras, sebelum mendekati saya sudah keburu tengsin dan saya buka gas sampe 110 km, liauw deh mereka..Saran saya buat para begal, pake motor yang suara knalpot nya halus, jadi tidak keburu tengsin ama calon korban ...hahaha...

Baiklah, tanpa terasa kota Pasuruan sudah terlampaui dan sayapun tiba di bundaran Gempol. Setelah melewati Gempol, mata mulai agak meredup dan saya siasati dengan riding pace yang berubah2 sehingga tidak bosan.Namun yang namanya doping tentu masih sangat diperlukan.
Ngopi di Mojokerto

Malam bertambah larut dan saya pun meluangkan waktu sebentar untuk istirahat di kota Nganjuk hanya untuk sekedar memejamkan mata agar tidak terlalu mengantuk.
Masuk Nganjuk pada pukul 02.29 dinihari

Sekitar pukul 08.00 pagi, saya memasuki Mantingan di wilayah Jateng dengan kondisi cuaca yang mulai panas.
Propinsi Jateng
Perut yang semakin lapar dan memaksa saya untuk menepi dan sarapan tongseng sapi di Sragen, pagi itu. Harga yang cukup mahal yaitu Rp.38.000 , sebanding dengan cita rasa yang ditawarkan.
Tongseng sapi

Tongseng sapi
Lepas menyantap sarapan yang cukup spicy itu, perjalanan saya teruskan kearah Yogya dan Solo. Pada sebuah mini swalayan dikota  Klaten saya berhenti saking panasnya. Saat saya beristirahat, pada pukul 12.30 siang datang seorang pemuda mengajak ngobrol. Awalnya dia bertanya perihal panniers yang  bnempel di Scorpy, Saya jelaskan bahwa itu semua prodak Badak Hitam Malang dan tidak lupa saya berikan contact number yang dapat dihubungi bila akan memesan prodaknya.

Selanjutnya pembicaraan berkembang pada seputaran turing. Namanya Indro ,  dari komunitas motor di Solo. Dia bercerita  bahwa dia sekarang beralih ke BMW GS yang awalnya setia memakai Harley Davidson. Menurut Indro, jauh lebih nyaman naik BMW GS daripada HD. Ketika saya bertanya type GS yang dia gunakan dia menyebut GS 1000 PD...sounds weird on my ears ? Ternyata itu BMW GS lawas, langsiran 1996 dan PD itu singkatan dari Paris Dakar Edition. Collector item toh ? Sempat dia memperlihatkan foto motornya dari BB nya yang sayang gak sempat saya foto. Iya,dengan susah payah Indro mendapatkan motor itu, yang dibeli di Timor.Ex barang Timor Leste yang surat2nya lengkap dan harga belinya juga cukup lumayan , yaitu Rp. 100.000.000. (cepek tiauw) Karena itu adalah PD Edition, makanya tangkinya sudah 35 liter,standardnya.

Setelah menghabiskan sebotol Porcari Sweat, saya pamitan dengan bro Indro untuk melanjutkan perjalanan. Memasuki Yogya cuaca mulai bersahabat dan langsung saya ambil arah Ring Road setelah melewati flyover Janti. Satu demi satu kota2 Wates, Purworejo dam Kebumen saya lewati. Sudah gelap setiba di Kebumen. Karena kondisi badan masih fit, saya gas terus dan kebetulan cuaca sangat bersahabat tanpa hujan sama sekali.

Saat memasuki tapal batas berupa Tugu Kujang wilayah propinsi Jabar saya melirik arloji , dan hitungan waktu tempuh nya adalah tepat 34 jam dari Denpasar. Not bad lah, untuk seorang rider yang beberapa hari lagi akan menginjak usia 57 tahun.
Masuk Jabar pukul 22.00

Tidak lama kemudian ,pukul 22.30 saya tiba di kota Banjar, yang pada malam itu sangat ramai karena malam Minggu barangkali.Perut yang sangat lapar saya menepi untuk mengisi perut.
Sate kambing di Banjar

Setelah makan, rasa kantuk berat pun tidak dapat saya hindari, maka saya langsung menepi di SPBU di kota  Ciamis untuk long rest. Ba'da azan Subuh saya melanjutkan perjalanan. Masuk Nagrek cuaca masih gelap dan traffic masih sepi.
Nagrek saat subuh
Memasuki Cicalengka, traffic mulai padat merayap dan cuaca mulai panas. Ventilasi jaket Respiro yang saya pakai saya buka semuanya, baik yang di lengan dan di bahu.Alhasil udara segar terasa sekali bertiup kedalam tubuh dan membuat rasa segar. Memang, memilih jaket untuk long trip tidak bisa sembarangan,namun penting untuk diperhatikan segi2 comfort nya juga.

Tiba di dekat terminal Cicaheum, saat saya sedang mengecheck pesan dan email yang masuk, tiba2 ada sebuah motor Scorpio berhenti dan menyapa saya. Ternyata seorang rekan Nusantaride Bandung. Setelah sempat ngobrol sebentar sayapun lanjut ketempat teman untuk beristirahat. Ada beberapa teman yang minta waktu untuk ketemuan malam itu. Saya sepakati untuk bertemu ba'da Taraweh malam itu.

Malamnya kamipun berjumpa di daerah Jalan Pahlawan, Bandung dengan bro Ibra dan bro Hanafi yang tadi pagi menyapa saya di depan terminal Cicaheum. Obrolan santai ngalor ngidul dan tanpa terasa sudah larut malam yaitu pukul 23.30 dan kami pun berpisah.

Keesokan hari saya melanjutkan perjalanan ke Jakarta dengan pace yang sangat santai sekali.
Rest di Ciranjang

Makan malam di Cipanas
Sepi di Puncak Pass
Masuk Bogor
Dari Bogor saya melanjutkan perjalanan pulang yang sudah tidak sampai 40 km lagi kerumah.
Tiba dirumah Jakarta

Tepat pukul 22.29, hari Senin tanggal 13 Juli 2015 saya selamat tiba di rumah Jakarta setelah menempuhperjalanan sepanjang 1.300 km dari Denpasar. Saya sengaja mengejar waktu guna dapat memperpanjang SIM A sebelum Lebaran tiba agar tidak mengganggu jadwal trip saya ke P.Bangka.
SIM Keliling di Kalibata

Setelah berlebaran selama 2 (dua) hari bersama handai taulan  di Jakarta ,maka pada hari ke 3,maka moment yang lama saya nantikan pun tiba  pada yaitu hari Minggu tanggal 19 Juli saya sudah bersiap untuk start ke P.Bangka sesuai rencana.Segala persiapan sudah matang maka  sekitar pukul 13.00 dan sayapun mengunakan waktu sebaik-baiknya untuk beristirahat, tidur siang itu.Sebab mulai nanti malam saya harus menguras stamina untuk 5 (lima) hari kedepan.
Sholat Ied Fitri di lapangan Cipedak dekat rumah


Pukul 21.00 hari Minggu tanggal 19 Juli 2015 dengan mengucap Bismillah, saya mengawali trip saya ke pulau Bangka. Traffic di Jakarta cukup bersahabat malam itu karena masih suasana lebaran. Saya ambil rute melewati Cinere-Pasar Jum'at dan lanjut ke arah Pasar Kebayoran Lama. Dari situ saya ikuti jalan Raya Ciledug hingga pasar Ciledug. Ternyata sedang dibangun flyover dari Kebayoran Lama ke arah Ciledug,,,wah memang sudah cukup lama saya tidak melewati jalan itu.

Tidak begitu lama saya memasuki kota Tangerang dan lanjut terus saja. Sekitar posisi di Balaraja, tiba2 ada  (tiga) motor merapat dan menghampiri saya, ternyata rekan Ryan Rinaldi dkk dari Jakarta. Mereka ternyata hendak jalan ke Lampung juga. Jadi kami 4 motor melanjutkan perjalanan bareng hingga Merak. Tiba di Merak, kondisi pelabuhan cukup sepi dan setelah membeli tiket ferry seharga Rp.49.000 untuk motor berikut orang kamipun langsung masuk ferry yang cukup besar itu.
On board ferry ke Bakauheuni

Ferry cukup nyaman

Tidak terlalu lama ferry pun berangkat dan kami ngobrol sebentar di atas ferry. Tidak terasa ferry sudah merapat di Bakauheuni dan waktu menunjukkan pukul 01.25 dinihari. Wah masih terlalu pagi dan merupakan jam rawan bila saya langsung jalan menuju Palembang via Lintas Timur. Ryan dkk langsung menuju obyek wisata didekat Bandar Lampung dan saya masih menunggu teman untuk lanjut ke Lintas Timur.

Sekitar pukul 04.30 subuh baru terkumpul 2( dua)  motor ,ada yang menuju Indralaya dan satunya menuju Sri Bawono.Akhirnya kamipun berangkat bareng.Jalan masih sangat gelap dan sepi ketika kami memasuki jalur Lintas Timur yang cukup rawan begal itu. Memang saya lihat sepanjang lintas Timur, terutama sekitar jalan yang agak jelek, dimana kendaraan terpaksa mengurangi kecepatan, ada ditempatkan posko2 Kepolisian. Salut atas usaha pihak Kepolisian dan rangka menjaga keamanan pemudik.

Tanpa terasa matahari mulai tinggi dan ketika memasuki kota Sukadana sayapun berhenti didepan sebuah SPBU untuk sarapan indomie.
Masuk Sukadana
Nyarap indomie depan SPBU Sukadana
Semakin siang, semakin terik cuaca Lintas Timur Sumatera dan secara rutin saya menyedot Porcari Sweat dari Camel Bak ukuran 1,5 liter dipunggung saya. Hydrate or Die..begitu tagline nya CamelBak, yah mendingan saya hydrate rutin deh  daripada die...hehehe..

Tengah hari saya memasuki kota Menggala dan menepi pada sebuah RM Padang yang keliatan nya enak.Namun begitu tiba didalam, tidak banyak lauk nya dan model prasmanan, karena ini RM tempat persinggahan bis antar kota.
Lunch di Menggala
Sepotong ayam gulai yang rasa nya terlalu biasa dihargai Rp.26.000...wah gak nikmat nih makan nya.

Setelah beristirahat 10 menit, saya langsung lanjut lagi dan cuaca makin menyengat. Sekitar pukul 14.35 saya tiba di kota Mesuji dan rasanya kerongkongan sangat kering walau secara rutin dialiri oleh Porcari Sweat. Tiba2 terlihat penjual kelapa muda yang sangat menggoda ditepi jalan.Tanpa pikir panjang Scorpy saya parkir dan alangkah nikmatnya air kelapa muda ditengah kegersangan siang itu.

Young coconut alias kelapa muda

Tidak hendak ber-lama2 saya langsung jalan lagi dengan moderate speed dan saya usahakan untuk tidak terlalu sering berhenti, dengan harapan sebelum pukul 16.00 sudah dapat tiba dipelabuhan Tanjung Api2. Namun rupanya rencana tinggal rencana karena saban saya lirik ETA time di GPS saya, waktu nya pelan tapi pasti bertambah terus. Itu artinya average speed saya semakin turun akibat terkikis panas nya matahari Lintas Timur  Sumatera pada siang itu.

Menjelang magrib saya baru tiba dekat kota Indralaya, means I have to forget my plan A and switch to Plan B to catch the next morning ferry from Tanjung Api2 to Tanjung Kelian /Bangka. Santai saja saya lewati jalur Indralaya - Palembang yang tengah ada pengerjaan pelebaran jalan dan sangat macet.


Pukul 20.00 saya memasuki kota Palembang yang ramai sekali malam itu dan setelah melewati setasiun KA Kertapati yang dipadati pemudik, saya menepi pada sebuah warung Ayam Penyet tepat didepan Apotik K 24 di Jl.Wahid Hasyim. Langsung order makanan karena sudah sangat lapar sekali.
Ayam penyet
Selesai makan masuk WhatsApp dari D'mas Fahri , rekan dari Nusantaride Palembang yang ingin ketemu. Setelah saya informasikan posisi saya, merekapun tiba. Fahri, Rommy dan rekan lain malam itu menyarankan agar saya stay saja dulu di Palembang dan baru besok subuh saya lanjut ke Tanjung Api2. Saya minta informasi lokasi losmen/hotel murah di Palembang, namun mereka malah minta saya untuk overnite di rumahnya Reza Lesmana, rekan Nusantaride Palembang. Wah, saya gak enak bener rasanya harus merepotkan rekan2 di Palembang. Tapi dengan alasan mereka bahwa tidak berguna untuk saya paksakan ke Tanjung Api2 malam itu ; selain di pelabuhan tidak ada fasilitas akomodasi maupun ruang tunggu, akses jalan kesana cukup sepi.

Tidak lama kemudian kami pun tiba di kediaman Reza, yang lokasinya memang tinggal lurus aja ke arah pelabuhan Tanjung Api2. Malam itu kami  habiskan waktu untuk ngobrol ngalor ngidul dengan rekan2 Nusantaride Palembang..Selain Fahri,Rommy dan Reza selaku  tuan rumah, juga ada Anton,Mukromin dll. Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dinihari  dan waktunya untuk beristirahat. Terima kasih yang se-besar besarnya kepada teman2 semua  di Palembang yang sudah memberikan saya tempat beristirahat guna memulihkan stamina. Thanks a lot guys...

Pukul 05.00 setelah Subuh, Scorpy saya gas kearah pelabuhan Tanjung Api2. Awalmya jalan cukup mulus namun baru jalan sekitar 5 km tambal sulam aspal dan berikut nya ketemu jalan beton yang retak2 dan berlobang. Bener juga, jarak 80 km harus ditempuh dalam waktu 2 jam. Diperjalanan menuju pelabuhan Tanjung Api2 hari berangsur siang dan tampak secercah sunrise yang mengintip manja.
Fajar menjelang, pertanda datangnya hari
Hari berangsur siang

Pada saat saya tengah berhenti sejenak untuk minum, tiba2 ada sebuah motor Yamaha New Vixion menghampiri. Pengendaranya bertanya, apakah saya ada kesulitan dengan motor ? Saya bilang saya  cuman mau minum dan dia langsung pamit dengan tujuan pelabuhan Tanjung Api2 juga. Tidak lama kemudian saya tiba di pelabuhan Tanjung Api2. Lumayan panjang antrean kendaraan roda 4, karena masih suasana lebaran dan  ini adalah ferry paling pagi menuju Bangka.

Pelabuhan Tanjung Api-api adalah pelabuhan internasional yang terletak di Kabupaten Bayuasin, 80 Km dari Kota Palembang, Sumatera selatan, Pelabuhan ini adalah salah satu pelabuhan besar di Indonesia. Geoekonomi wilayah Tanjung Api-Api adalah berada di sekitar wilayah penghasil karet terbesar di Indonesia dan penghasil kelapa sawit utama nasional, berdekatan dengan sumber daya alam gas bumi dan batu bara, serta memiliki akses utama Sumatera bagian selatan ke Alur Laut Kepulauan Indonesia 

Antrean di pelabuhan Tanjung Api-Api

Saat mengantri pengendara motor Vixion yang tadi dijalan menghampiri saya lagi.Kami ngobrol dan dia memperkenalkan namanya Putra.Profesi nya penjual martabak di Sekip, Palembang. Menurut nya dia sudah jualan martabak sejak tahun 2008. Itupun dia meneruskan usaha ayahnya yang pernah bekerja di Martabak Har yang terkenal di Palembang. Harga jualnya Rp.15.000/porsi.  Dan saya berjanji bila lewat Palembang nanti2 nya akan mampir untuk mencoba martabak nya Putra.Sukses yo mangcek !
Loket penjualan tiket ferry

Setelah membeli tiket ferry sebesar Rp.100.000, saya kembali ke atrean dan melanjutkan ngobrol dengan Putra.Dia menuturkan bahwa dia ingin mengunjungi sanak saudaranya yang sudah lama tidak ketemu di Pangkal Pinang.
Ferry dari Tanjung Api2 ke Tanjung Kelian /Bangka
Tidak begitu lama mengantri petugas pun mempersilahkan kendaraan untuk naik ferry secara bergantian dan teratur.Karena sejak berangkat subuh saya belum sarapan, maka saya pesan Pop Mie dan segelas teh hangat. Ternyata harga khusus yaitu untuk seporsi Pop Mie dihargai Rp.15.000 dan segelas teh hangat  juga Rp,15.000....Alah mak jang...
Padat dan pengap di ferry
Ombak cukup tenang selama penyeberangan dan saya sempat bersandar tiduran diruang luar kabin ferry.Lama penyeberangan sekitar 4 jam tidak terasa  ferry sudah merapat di pelabuhan Tanjung Kelian, Bangka.
Best place to get some rest  in ferry
Sekilas tentang Bangka :

Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil. Sebelum Kapitulasi Tutang Pulau Bangka dan Pulau Belitung merupakan daerah taklukan dari Kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan Mataram. Setelah itu, Bangka Belitung menjadi daerah jajahan Inggris dan kemudian dilaksanakan serah terima kepada pemerintah Belanda yang diadakan di Muntok pada tanggal 10 Desember 1816.

Pada masa penjajahan Belanda, terjadilah perlawanan yang tiada henti-hentinya yang dilakukan oleh Depati Barin kemudian dilanjutkan oleh puteranya yang bernama Depati Amir dan berakhir dengan pengasingan ke Kupang, Nusa Tenggara Timur oleh Pemerintahan Belanda. Selama masa penjajahan tersebut banyak sekali kekayaan yang berada di pulau ini diambil oleh penjajah.Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai provinsi ke-31 oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Ibukota provinsi ini adalah Pangkalpinang.

Selain pantai, Bangka juga dikenal dengan keragaman budayanya. Dari budaya lokal hingga budaya “Import” yang dibawa para pendatang. Keragaman budaya inilah yang belakangan menjadi aset penting untuk mengembangkan pariwisata. Pulau Bangka yang dikelilingi lautan, laksana surga-surga bagi para nelayan. Itulah secuil cermin tentang kebudayaan nelayan di pulau yang dulu dikenal sebagai penghasil timah.

Dalam perkembangannya, latar belakang masyarakat Bangka yang sebagian besar nelayan itu, ternyata turut mempengaruhi pertumbuhan kebudayaan lokal. Meski saat ini pola hidup masyarakat Bangka telah mulai bergeser, kebudayaan lokal yang mengandung unsur nelayan masih tetap kental mewarnai sendi-sendi kehidupan masyarakatnya. Paling tidak saat ini ada dua event budaya besar yang berhubungan dengan nelayan, yakni, upacara rebo kasan dan buang jong.

Selain itu ada ritual-ritual budaya yang dipengaruhi unsur religi, sementara pertunjukan kesenian Barongsai mewakili kebudayaan masyarakat pendatang (Tionghoa).Tapi diantara banyak ritual budaya di Bangka, upacara Sepintu Sedulang boleh jadi memiliki makna yang khusus. Inilah ritual yang menggambarkan persatuan masyarakat Bangka.
 
Kata Sepintu Sedulang adalah semboyan dan motto masyarakat Bangka yang bermakna adanya persatuan dan kesatuan serta gotong royong. Ritual ini adalah satu kegiatan penduduk pulau Bangka pada waktu pesta kampung membawa dulang berisi makanan untuk dimakan tamu tau siapa saja di balai adat.

Dari ritual ini, tercermin betapa masyarakat Bangka menjujung tinggi rasa persatuan dan kesatuan serta gotong royong, bukan hanya dilaksanakan penduduk setempat melainkan juga dengan para pendatang.
Jiwa gotong royong masyarakat Bangka cukup tinggi. Warga masyarakat akan mengulurkan tangannya membantu jika ada anggota warganya memerlukanya. Semua ini berjalan dengan dilandasi jiwa Sepintu Sedulang. Jiwa ini dapat disaksikan, misalnya pada saat panen lada, acara-acara adat, peringatan hari-hari besar keagamaan, perkawianan dan kematian. Acara ini lebih dikenal dengan sebutan “Nganggung”, yaitu kegiatan setiap rumah mengantarkan makanan dengan menggunakan dulang, yakni baki bulat besar.


Masakan Bangka Belitung adalah masakan khas yang dibuat berdasarkan cara memasak masyarakat Bangka dan Belitung. Masakan Bangka Belitung dapat dikhususkan menjadi masakan Bangka dari Pulau Bangka dan masakan Belitung dari Pulau Belitung. Masakan Bangka Belitung cukup beraneka ragam dikarenakan bahan-bahan masakan yang digunakan berbeda antar pulau dan juga pengaruh cara memasak masyarakat provinsi lain terutama dari Sumatera Selatan, dimana dahulu Bangka Belitung masih bergabung. Kategori masakan Bangka Belitung dibedakan atas masakan khas Melayu dan masakan Tionghoa terutama masakan Hakka. Masakan Melayu Bangka Belitung jarang ditemukan di luar Bangka Belitung, sementara masakan Tionghoa banyak dijumpai di pulau Jawa terutama di Jabodetabek

Jenis2 makanan di Bangka antara lain adalah :
  • Lempah adalah masakan berkuah yang biasanya berbahan dasar makanan laut atau daging sapi yang dibumbui rempah-rempah yang beraroma kuat. Dalam bahasa Belitung lempah disebut gangan. Lempah ini pun ada beraneka jenis seperti.
  • Lempah kuning adalah masakan lempah yang isinya terdiri dari ikan kakap merah atau tenggiri dengan kuah yang berbumbu kunyit, cabai merah, bawang merah, bawang putih, lengkuas dan belacan. Lempah ini memiliki kuah berwarna kuning dan biasanya dimasukkan potongan-potongan nanas sehingga disebut juga lempah nanas. Orang Belitung menyebutnya gangan ketarap. Ikan kakap dapat pula digantikan dengan daging sapi.
  • Lempah Darat atau Lempah daret adalah masakan lempah yang berbahan dasarnya yang merupakan umbi – umbian yaitu talas, sayur-sayuran dan kuah yang berbumbu rempah-rempah.
  • Lempah Kulat adalah masakan yang terbuat dari kulat/jamur khas Bangka yang biasanya dimasak dengan santan.
  • Rusip adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar ikan teri yang difermentasikan dalam pot atau guci dengan garam, kemudian ditambahkan gula jawa sebagai perasa. Rusip agak serupa dengan jeot dalam kuliner Korea.
  • Kecalo atau calo adalah udang rebon yang difermentasikan. Dapat dikonsumsi langsung dengan sayur-sayuran sebagai lalapan. Kecalo memiliki rasa yang cukup asin, juga ditambahkan saat menggoreng telur kocok.
  • Belacan adalah jenis pasta ikan atau udang fermentasi yang dipadatkan dan memiliki bau khas yang agak menusuk. Belacan dijadikan bumbu untuk banyak masakan lain.
  • Bakmi Bangka disebut juga ja-mien/ya-mien/ja-mian/sui-mian bakmi yang berbahan kuah kaldu tulang dengan isi sayuran, daging ayam, daging sapi dan makanan laut.
  • Hamchoi atau sayur asin adalah sayur yang diasinkan, biasanya sayur bokchoi.
  • Songsui ; sejenis masakan berkuah yg terdiri dari choi sim (caisim), daging ba, engjan (baso ikan), seafood lainnya seperti udang dan cumi.
  • Tahu Kok atau tewfu kok, tahu goreng yang berisi adonan ikan dan biasanya dimasak kuah bersama daging lain.
  • Chap choi (cap cai); cap cai bangka sedikit berbeda dengan cap cai lainnya karena kuahnya berwarna coklat karena dimasak dengan tambahan sedikit kecap manis.
  • Bakwan ; bakwan di sini bukan bakwan jagung seperti daerah lain, tetapi lebih berbentuk kepada empek-empek rebus yang dimasak dengah kuah dan bumbu- bumbu khusus.
  • Thew Fu Sui ; thew fu sui adalah air tahu, tetapi tidak seperti di daerah lain, thew fu sui di bangka lebih banyak dinikmati selagi hangat.
  • Fu Yung Hai ; tidak seperti di daerah lain, fu yung hai bangka dibuat dengan telur bukan tepung, isinya bukan hanya sayuran, tetapi biasanya ada daging atau seafood dicampur dengan kacang polong dan disiram dengan kuah yang terbuat dari saos tomat.
  • Saucu adalah sejenis babi panggang khas Bangka, dipanggang dengan teknik khusus dan bumbu-bumbu khusus pula.
  • Thewfu cau sejenis tahu pong atau tahu kering, yang didalamnya tidak berisi dan biasanya terdapat dicocol dengan kuah thew ciong.
  • Teritip sejenis binatang laut yang hidup menempel di karang, biasanya dibuat menjadi sambal teritip dan dimakan dengan lalapan
  • Lokan sejenis kerang laut yang biasanya dimasak dengan kuah dicampur serai.
  • Hoisem sejenis cacing laut yang besar dan biasanya dimasak untuk campuran sup.
  • Eng Phiau sejenis perut ikan laut yang dikeringkan dan biasanya dijadikan bahan campuran untuk sup.
  • Bujan penganan ringan yang terbuat dari keladi/talas yang digoreng dan dimakan dengan cocolan sambel thew ciong atau campuran sambel belacan.
Beberapa jenis masakan lain mendapat pengaruh dari wilayah Sumatera seperti empek-empek, tekwan atau bakwan. Namun berbeda dari khas Sumatera Selatan yang menggunakan bahan ikan sungai, empek-empek di Bangka Belitung umumnya terbuat dari bahan ikan laut. Memang, kuliner di pulau Bangka sangatlah beraneka ragam , dan pastinya saya tidak akan dapat mencicipi satu persatu disebabkan terbatasnya waktu kunjungan saya dipulau ini.
 
Baiklah, segera setelah keluar pelabuhan saya berbelok kearah kiri untuk menuju kearah mercu suar yang terletak tidak jauh dari pintu keluar pelabuhan.
Mercu suar di Tanjung Kelian
Mercu suar Tanjung Kelian berketinggian lebih dari 60 meter itu dibangun pada masa penjajahan Belanda, pada 1862, dan memang setiap tahun menjadi tujuan utama wisatawan yang datang ke kota yang berada di ujung barat Pulau Bangka itu.Dari puncak menara yang dihubungkan dengan 18 tingkatan anak tangga yang terbuat dari kayu itu pengunjung dapat menikmati sensasi keindahan Pantai Tanjung Kelian dari ketinggian.

Selepas dari mercu suar langsung saya arahkan Scorpy ke kota Muntok, yang berjarak  sekitar 10 menit dari pelabuhan Tanjung Kelian.
On my way to Muntok
Memasuki kota Muntok, kesan pertama saya adalah, kota ini sangat bersih dan tertata rapi. Tujuan utama saya adalah mencari makan siang.
Muntok yang bersih
Didepan Museum Timah Muntok

Museum Timah Indonesia selain di Pangkalpinang, juga ada di Muntok, Bangka Barat. Isi museum timah di Muntok lebih memfokuskan pada peleburan timah dan logamnya. Sedangkan, di Pangkalpinang lebih menonjolkan pada penambangan. Lantai pertama diisi dengan berbagai macam galeri pertimahan dan lantai dua diisi dengan ruangan perpustakaan, kantor, auditorium dan lain-lain.
Dikota sekecil Muntok dan banyak rumah makan yang tutup karena masih suasana lebaran agak sulit juga menemukan tempat makan. Akhirnya ketemu juga sebuah rumah makan chinese food. Langsung saya berhenti dan order bakmi goreng seafood biar aman, tanpa ba'. Secara ,kuliner di Bangka sodap2 kali dan kebanyakan bila chinese food pasti mengandung ba' (babi).

Pilihan tempat makan siang
Mie goreng seafood di Muntok
Selesai makan saya langsung menuju SPBU terdekat guna mengisi BBM agar tidak repot lagi keesokan harinya ketika sedang menyambangi obyek2 wisata. Sejak full tank di Bakauheuni ini baru mengisi bensin lagi. Saya isi bensin senilai Rp.102.000 dan tangki pun full kembali sehingga Scorpy siap untuk menempuh jarak 700 km lagi tanpa refueling.

Dari Muntok saya arahkan Scorpy ke Pangkal Pinang dengan jarak 130 km. Tidak jauh dari Muntok sempat turun hujan sebentar membasahi tanah Bangka.
On my way to Pangkal Pinang from Muntok

Pukul 19.30 saya masuk kota Pangkal Pinang, ibukota propinsi Bangka Belitung. Kota ini cukup ramai dan semarak.Sebelum mencari hotel Jati Wisata yang di rekomendasikan teman dari Palembang, saya berkeliling  dulu di pusat kota Pangkal Pinang. Memang demikian kebiasaan saya bila berada pada sebuah tempat yang sama sekali asing bagi saya, guna mengenali lingkungan lebih detail.Ada beberpa spot penjual martabak yang langsung saya save di Garmin 60 Csx saya, sehingga akan memudahkan saya nantinya untuk kembali untuk membeli untuk cemilan di hotel.

Tidak sulit saya untuk menemukan Hotel Jati Wisata yang berada sekitar 200 meter dari Alun2 kota Pangkal Pinang, karena lokasi hotel tersebut sudah terdapat pada Point Of Interest (POI) nya Garmin 60 CSX.

Sekilas tentang kota Pangkal Pinang :
Kota Pangkalpinang merupakan salah satu daerah pemerintahan kota di Indonesia yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sekaligus merupakan ibu kota Provinsi, yang terletak di bagian timur Pulau Bangka. Kota Pangkalpinang terbagi dalam 7 kecamatan yaitu Taman Sari, Rangkui, Pangkalbalam, Gabek, Bukit Intan, Girimaya dan Gerunggang. Memiliki wilayah seluas 118,408 km2 dan jumlah penduduk berdasarkan Sensus Penduduk 2010 sebanyak 328,167 jiwa dengan kepadatan 1.955 jiwa/km2. Populasi Kota Pangkalpinang kebanyakan dibentuk oleh etnis Melayu dan Tionghoa suku Hakka yang datang dari Guangzhou. Ditambah sejumlah suku pendatang seperti Batak, Minangkabau, Palembang, Sunda, Jawa, Madura, Banjar, Bugis, Manado, Flores dan Ambon.
Sebagai kota terbesar di Pulau Bangka, kota Pangkalpinang merupakan pusat dari pemerintahan kota (yang berlokasi di Kelurahan Bukit Intan), pusat pemerintahan Propinsi Kepulaudan Bangka Belitung dan instansi vertikal terkait (yang berlokasi di Kelurahan Air Itam) serta merupakan pusat aktivitas bisnis/perdagangan dan industri di Bangka Belitung yang terkenal akan hasil logam timah dan lada putihnya (karena itu kedua komoditi ini merupakan komoditas unggulan pada komoditi ekspor terutama di Kota Pangkalpinang). Di kota ini pulalah kantor pusat PT. Timah Tbk. berada.
Pada umumnya, usaha pertanian yang dilakukan masyarakat Kota Pangkalpinang adalah pertanian tanaman bahan makanan, peternakan, perikanan dan sedikit usaha perkebunan rakyat (karet, lada dan kelapa). Di sektor perikanan, sebagai bagian dari daerah Pulau Bangka yang dikelilingi laut, maka Kota Pangkalpinang yang letaknya berbatasan dengan laut Cina Selatan, maka menjadikan salah satu daerah sentra produksi ikan laut. Selain itu sebagian kecil masih ada petani nelayan yang mengusahakan penangkapan ikan di sungai. Sedangkan di sektor pariwisata, Kota Pangkalpinang memiliki potensi yang dapat diandalkan. Kunjungan tamu ke kabupaten Bangka dan Belitung umumnya melalui atau transit dari daerah ini. Wisata yang menonjol adalah wisata pantai, yang memiliki panorama alam yang mempesona.
Setiba di hotel saya langsung menanyakan kamar dan memang masih tersedia dengan tarif Rp.198.000/malam sudah including breakfast. Kamar pun cukup bersih dan dilengkapi dengan AC dan air panas. Setelah menurunkan barang2 saya bersiap untuk mencari makan malam, dan sebelum berangkat saya ngobrol dengan pak Gafur penjaga malam dihotel tersebut.Semua informasi penting saya dapatkan dari beliau. Termasuk obyek wisata yang harus saya kunjungi, karena saya harus memilih diantara sekian banyak obyek wisata yang ada guna disesuaikan dengan waktu kunjungan saya yang terbatas  termasuk jadwal ferry sampai dengan pilihan martabak yang paling top di Pangkal Pinang.
VIP parking di hotel Jati Wisata Pangkal Pinang
Makan malam soto Madura
Setelah berkeliling nyari kuliner yang di dominasi oleh chinese food maka saya coba pilihan makanan konvensional yang pasti halal yaitu soto Madura. Selesai makan saya luangkan waktu untuk menuju toko oleh2 Kartini untuk ngirim ke rumah. Bagusnya lagi, semua toko oleh2 di Pangkal Pinang selalu menyediakan fasilitas pengiriman yang umumnya adalah JNE. Jadi kita tidak usah pusing2 lagi nyari tempat mengirimnya.

Oleh2 di kota Pangkal Pinang umumnya keripik yang berbahan dasar ikan laut. Juga ada sejenis teri yang sudah diberi bumbu untuk dijadikan lalapan dan berjenis abon. Setelah membeli beberapa macam oleh2 langsung saya packing ditempat dan kirim dengan JNE.
Toko oleh2 Kartini di Pangkal Pinang
Setelah selesai membeli oleh2 saya lanjutkan night cruising keliling kota Pangkal Pinang. Sembari mencari lokasi martabak Acau yang menurut pak Gafur, penjaga malam di hotel Jati Wisata itu adalah  paling termasyhur di kota Pangkal Pinang.
Downtown Pangkal Pinang
Just one night in Pangkal Pinang
Martabak Acau
Akhirnya ketemu juga martabak Acau dan saya beli bungkus untuk makan di hotel. Karena perut sudah full, maka pilihan saya martabak manis nya saja (kalau di Bali disebut nya martabak terang bulan ) yang isi kacang. Tidak sabar ,saya coba cicipin sepotong. Mamma mia...lezzatos bingiit :) Jauh beda ama martabak2 Bangka yang pernah saya cobain sebelumnya.
Lezzatos
Setelah puas keliling kota Pangkal Pinang , sekitar pukul 23.00 saya kembali ke hotel untuk beristirahat mengumpulkan tenaga. Oh iya, trip ke Belitung nya terpaksa saya cancel, karena ferry nya hanya 2 x seminggu yaitu Senin (sdh kelewatan ) dan Jum'at (masih jauh) .

Dapat  juga menggunakan  kapal cepat, tapi berangkat siang dari Pangkal Pinang dan sore tiba Belitung,dan lagi motor tidak bisa diangkut pake kapal cepat itu. Yaa..sutra lah...Forget about Belitung dan plan B saya adalah menyusuri pantai barat Banten dari Merak-Anyer-Labuan-Panimbang-Bayah-Pelabuhan Ratu dan kembali ke Jakarta via Cikidang -Cigombong-Bogor - Jakarta. Saya check di GPS, lumayan jauh juga, sehingga saya harus benar2 istirahat malam ini.

"Land of Confusion " nya Genesis  dari alarm HP  menyentak saya dari tidur nyenyak pada pukul 04.00 pagi itu dan saya segera berkemas. Setelah subuh , saya menuju dining hall hotel untuk sarapan. Cukup bersih dan ada beberapa pilihan untuk sarapan.
Menu sarapan
Dining hall masih sepi
Tanpa membuang waktu selesai sarapan dengan kondisi stamina yang sudah kembali 100 % fit saya meninggalkan Hotel Jati Wisata untuk tujuan pertama adalah Museum Timah yang tepat berada 1 blok dari hotel.
Restart dari hotel Jati Wisata , Pangkal Pinang

Museum Timah Indonesia (Househill) terletak di jalan Ahmad Yani (dulu jalan Damai) berada pada posisi 02°07'14² LS - 106°06'35² BT (48 M 0623391 mU - 9765815 mT). Rumah milik BTW (Banka Tinwinning Bedrjff) ini pernah dijadikan tempat perundingan pra Roem-Royen antara wakil pemerintah Republik Indonesia, utusan Komisi Tiga Negara (KTN) dan utusan Pemerintah Hindia Belanda, karena tempat perundingan di Menumbing, Muntok kurang representatif. Selesai pelaksanaan perundingan para pemimpin Republik Indonesia tidak langsung pulang akan tetapi menginap di rumah tersebut. Rumah terdiri atas lima kamar, satu kamar besar digunakan untuk berunding dan empat kamar lainnya digunakan untuk kamar tidur. Pada malam harinya para pemimpin diundang oleh Ketua Dewan Bangka, Masjarif Datuk Bendaharo Lelo dan Demang Pangkalpinang, Sidi Menek. Kedatangan para pemimpin ke Pangkalpinang dimanfaatkan oleh masyarakat Pangkalpinang untuk berkunjung walaupun hanya sekedar bersalaman. Pemimpin yang paling lama tinggal di rumah ini adalah Bapak TNI Angkatan Udara, RS. Soerjadarma, dan orang Pangkalpinang sangat menghormatinya. Melalui beberapa kali perundingan atau diplomasi di Pangkalpinang lahirlah Konferensi Roem Royen atau Roem-Royen Statement tanggal 7 Mei 1949 yang salah satu isinya, bahwa pemerintah Belanda menyetujui kembalinya Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta. Setelah masa kemerdekaan bangunan rumah ini dijadikan sebagai Museum Wisma Budaya dengan menghilangkan kamar-kamar menjadi ruang-ruang tanpa sekat guna menyimpan koleksi museum. Begitu juga pintu masuk teras depan yang berbahan bata, kini telah diubah menjadi dinding marmer. Pada tanggal 2 Agustus 1997, PT. Timah, Tbk., menjadikan Museum Wisama Budaya menjadi Museum Timah Indonesia dengan mengkhususkan koleksinya pada sejarah penambangan timah di pulau Bangka. Museum Timah Indonesia merupakan salah satu Cagar Budaya Kota Pangkalpinang (Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.13/PW.007/MKP/2010, tanggal 8 Januari 2010) dan dilindungi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Dari Museum Timah di Pangkal Pinang saya langsung mengarah tujuan wisata diseputaran Sungai Liat. Jalan mulus dan sepi karena masih pagi menambah nikmatnya perjalanan pagi itu. Di Bangka banyak sekali terdapat Klenteng yang juga merupakan salah satu daya tarik turis untuk datang ke Bangka.
Klenteng di Batu Rusa
Klenteng dekat Sungai Liat
Long Ride County, on my way to Sungai Liat
It's getting hot, get some rest
Tujuan pertama adalah pantai Tanjung Pesona yang menurut informasi cukup bersih dan lengkap fasilitasnya. Tidak terlalu sulit saya untuk menemukan lokasinya. Memang, pantai nya putih bersih dan sangat nyaman untuk dijadikan destinasi wisata. Selama ini mungkin orang terpaku kepada obyek wisata di daratan Sumatera, tapi mungkin belum mengetahui lebih dalam mengenai destinasi wisata di pulau Bangka. Untuk masuk ke lokasi Tanjung Pesona, pengunjung dikenakan tarif masuk Rp.15.000.
View menjelang Tanjung Pesona

Tanjung Pesona
Pasirnya bersih

Daftar harga fasilitas di Tanjung Pesona
Disco ada

Musholla ada
Karaoke juga ada
Dari  Tanjung Pesona perjalanan saya lanjutkan ke arah Parai Beach yang konon katanya lebih bagus.Memasuki kota Sungai Liat, perut mulai lapar dan cuaca sangat panas sekali. Melewati pasar Sungai Liat mata saya tertuju pada sebuah rumah makan seafood yang terlihat enak. Periksa menu dan akhirnya pilihan tertuju kepada nasi goreng seafood.
Gereja di Sungai Liat

Nasgor seafood di Sungai Liat

Sedang menikmati nasgor , tiba2 datang seseorang mengajak ngobrol. Dia mengenalkan diri sebagai Tian atau nama lengkapnya Christian Abellindo .Ketua Power (Pulsar Owner) Sungai Liat dan juga sebagai owner dealer Bajaj Pulsar di Sungai Liat. Panjang lebar kami ngobrol, tentunya seputaran kegiatan touring dan aktivitas komunitas motor. Setelah pamitan dengan Tian dan beberapa rekan nya yang baru tiba dari Palembang, saya pun melanjutkan perjalanan ke Parai Beach, ditengah teriknya matahari siang itu.

Tidak lama berselang saya pun tiba di Parai Beach, yang terkenal di pulau Bangka itu.Sayangnya pas air dipantai agak surut. Untuk  memasuki lokasi obyek wisatanya dikenakan biaya masuk Rp.25.000.
Main gate Parai beach
Siang itu ternyata tidak terlalu ramai pengunjung Parai beach, namun ada beberapa mobil dengan plat B alias dari Jakarta.
Club house Parai beach
Pantai berbatu, ciri khas Parai beach
Another side of Parai beach
Setelah cukup beristirahat di Parai beach, perjalanan saya lanjutkan menuju arah Matras beach. Namun sebelum mencapai Matras beach, pandangan saya tertuju kesebelah kanan jalan berupa jalan tanah yang menuju bibir pantai. Saya ikuti jalan tanah tersebut dan kira2 300 meter saya tiba dibibir pantai. Ternyata itu adalah pantai tempat nelayan untuk melaut dan bukan pantai wisata komersil.Namanya Pantai Turunan Aban, yang tidak kalah indah pesonanya.
Pantai Turunan Aban
Tempat para nelayan
Another side of Turunan Aban beach
Tidak  begitu lama saya di pantai Turunan Aban ini dan saya lanjut menuju Matras beach yang hanya bersebelahan lokasi nya. Namun karena ini pantai komersial sehingga pengunjung dikenakan karcis masuk Rp,3.000. Memang cukup ramai di pantai Matras siang itu, mulai dari yang berjualan makanan dan cendera mata maupun pengunjung nya yang kebanyakan datang rombongan dengan keluarga.

Ramai tukang jualan
Matras beach dengan pasir yang putih

Masih di Matras beach

Saat di Matras beach saya dapat info dari Tian bahwa ferry terakhir (yang bagus) menyeberang ke Tanjung Api2 adalah pukul 16.00. Mengingat jarak yang masih 150 km lagi ke pelabuhan Tanjung Kelian, sudah tidak mungkin saya untuk mengejarnya. Saya jalan santai saja dari Matras beach ke arah pelabuhan.Apabila sudah tidak ada ferry lagi, maka saya berencana akan overnite di ruang tunggu penumpang saja di pelabuhan Tanjung Kelian.
Dalam perjalanan ke arah Tanjung Kelian
Dengan meningkatkan speed Scorpy, pada pukul 17.00 saya tiba di pelabuhan Tanjung Kelian. Ternyata karena suasana Lebaran, ternyata masih ada 2 (dua) trip lagi ferry yang akan menyeberang ke Tanjung Api2, yaitu pukul 18.30 dan pukul 21.00. Alhamdulillah saya tidak jadi harus menunggu hingga esok pagi untuk menyeberang. Sebelum masuk ferry saya sempat berbincang dengan seorang pengendara Vixion yang berboncengan. Dia akan mudik kekampung halaman nya di Kayu Agung. Dia mengajak saya untuk jalan bareng dan beristirahat dirumahnya di Kayu Agung. Saya bilang oke deh saya akan berusaha untuk ikut jalan bareng semampu saya, karena stamina sudah mulai drop.
Suasana pelabuhan Tanjung Kelian, Bangka
Tidak beitu lama menunggu, kamipun dipersilahkan naik ke ferry. Selesai memarkir Scorpy saya langsung naik ke kabin penumpang. Ternyata sangat sempit namun ada penjaja asongan yang menjual nasi campur seharga Rp.5.000. Iya betul dengan harga segitu sudah dapat nasi,sayur buncis dan ayam di suwir2. Maknyooz tenan lah.
Get some rest,Scorpy
Adios Bangka, someday,someway we meet again
Ruang penumpang yang sempit
Saya coba untuk memejamkan mata, namun tidak bisa karena pikiran saya masih soal planning trip berikutnya.Akhirnya saya sudah mantap dengan pilihan menyusuri pantai barat Banten dan masuk Pelabuhan Ratu. Tanpa terasa, sekitar pukul 22.45 ferry merapat di pelabuhan Tanjung Api2 yang sangat sepi malam itu. Saya beriringan dengan Vixion tujuan Kayu Agung itu. Memang teman2 di Palembang minta saya untuk mampir lagi dan lanjut besok pagi. Tapi mohon maaf dan terima kasih banyak atas tawaran nya, tapi saya harus menyingkat waktu agar cukup waktu untuk lanjut explore pantai barat Banten.

Jarak 80 km dari Tanjung Api2 ke Palembang yang rusak itu , kami terjang dalam waktu hanya 1,5 jam saja dengan speed agak tinggi. Kota Palembang kami lewati dengan melewati jalan arteri sehingga tidak lama kemudian kami sudah tiba di Indralaya. Pada sebuah warung , kami makan ayam goreng.Selepas makan saya katakan kepada pengendara VIxion, bahwa stamina saya mulai drop dan tidak akan kuat untuk langsung ke Kayu Agung. Kami pun berpisah, setelah saya menepi pada sebuah SPBU, lepas kota Indralaya. Ngantuk berat dan saya putuskan untuk istirahat, karena besok pagi saya harus maximum attack ditengah kegersangan Lintas Timur Sumatera agar tiba sebelum magrib di Bakauheuni demi alasan keamanan.

Ba'da azan Subuh, Kamis tanggal 23 Juli 2015, saya bergegas untuk melanjutkan perjalanan setelah terlebih dahulu mengisi bensin, karena terakhir mengisi adalah di Muntok pas tiba di Bangka. Dan tripmeter sudah menunjukkan angka 520 km,sehingga biar aman sampai Bakauheuni yang masih 400 an km lagi lebih baik saya isi full tank. Langkah pertama saya adalah mencari tempat sarapan.

Ketemu juga tempat sarapan pada sebuah SPBU menjelang Kayu Agung.Cukup aneka makanan dijual di SPBU itu dan pilihan saya jatuh kepada lontong sayur.
Lontong sayur
Sering berhenti2
Selesai sarapan langsung saya pacu Scorpy kearah Bakauheuni, dengan target tiba sebelum magrib.Matahari pun semakin menebarkan sinarnya seakan menyapa dunia.
Kayu Agung

Lepas Kayu Agung cuaca makin panas dan memaksa saya untuk lebih sering berhenti. Namun setiap akan jalan lagi , gejala electric starter mulai berat alias susah starter. Ini pasti ada sesuatu dengan aki nya.Dan dekat kota Pematang Simpang saya mampir ke bengkel kecil untuk mengecheck kondisi aki.Ternyata air akinya tekor dan setelah diisi, starter kembali tokcer. Karena sudah keburu lapar, di Pematang Simpang saya berhenti pada sebuah rumah makan untuk mengisi perut. Iya, pindang patin menjadi pilihan saya siang itu, yang konon unggulan kuliner di Ogan Komering Ulu.
Pindang Patin
Setelah beristirahat sebentar,sebelum keburu males, saya langsung gas lagi Scorpy.Cukup panas dan gersang Lintas Timur Sumatera siang itu. Kira2 pukul 19.30 saya merapat di Bakauheuni atau terlambat sekitar 2 (dua) jam dari jadwal, karena cuaca yang sangat panas. Setiba di Bakauheuni saya langsung berjumpa rekan Paroy dari Jakarta yang sedang main di Lampung. Langsung saja kami makan di RM Padang pas diseberang SPBU Bakauheuni.

Paroy bercerita bahwa dia habis trip ke Sawarna dan langsung nyebrang ke Lampung, karena masih merasa kurang trip nya :) Setelah ngobrol kurang lebih satu jam kami langsung menuju pelabuhan untuk segera menyeberang ke Merak. Ferry nya cukup besar namun penuh sesak oleh arus balik mudik,sehingga kami cukup puas dengan ngampar dilantai saja.

Sekitar pukul 00.15 ferry merapat di Merak dan kami langsung menuju SPBU terdekat dari pelabuhan guna saya overnite rest dan Paroy lanjut pulang ke Jakarta. Setelah Paroy pulang saya pun mandi di SPBU itu guna menyegarkan badan untuk trip dihari berikutnya.

Sambil menyusun detail trip pada section terakhir, saya melirik ke arloji saya...OMG, sudah pukul 02.00 dinihari yang berarti sudah  memasuki tanggal 24 Juli 2015 yang berarti usia saya sudah bertambah setahun lagi. Iya saya sudah memasuki usia 57 tahun, tanpa saya sadari. Age just simply a numbers but the spirit has to carries on.Tak lama kemudian ucapan selamat pun berdatangan dari orang2 terdekat saya.Bahagia bercampur haru rasanya, karena ini kali keduanya secara ber-turut2 saya ber ulang tahun ditengah long trip.Tahun lalu saya ber ulang tahun ditengah perjalanan dari Denpasar ke Jakarta.Ya dah saya mah gitu orang nya :)

Menyusun rencana Last Section
Setelah  finalized segala sesuatu tentang detail trip saya dalam perjalanan balik ke Jakarta, saya coba untuk memejamkan mata.Agak sulit rasanya namun akhirnya saya tertidur lelap juga. Ba'da azan subuh, kembali saya memulai trip ke arah Anyer. Masih gelap ketika melewati kota Cilegon dan saya lanjutkan terus hingga memasuki Anyer. Di pasar Anyer saya sarapan bubur ayam yang agak pedas.
Bubur ayam
Lighthouse in Anyer
Setelah sarapan dan mampir di mercusuar Anyer, perjalanan saya lanjutkan ke arah Carita. Sepi sekali pagi itu dan dalam sekejap saya sudah masuk Carita. Saya liat trip meter sudah memasuki angka 1800 an km sehingga saya harus segera mencari tempat ganti oli.
Carita Sea park
Colorful condo in Carita
Menjelang  Labuan
Badak Hitam met Badak Jawa di Labuan

Ganti oli di Labuan : Tripmeter 1.845 km
Dari Labuan perjalanan saya lanjutkan kearah Tanjung Lesung.Cukup ramai traffic menjelang lokasi Tanjung Lesung. Sekitar pukul 11.15 saya memasuki area Tanjung Lesung. Setelah membayar Rp.15.000 saya memasuki pantai di Tanjung Lesung.Menurut ukuran saya terlalu mahal untuk biaya memasuki ke pantai nya (malahan kalau mau masuk ke pantai yang ada club house nya dikenakan Rp.40..000). Dibanding pantai2 yang ada di Bali, Tanjung Lesung is....sorry to say...nothing man...
Pantai Tanjung Lesung, tidak seindah promosi nya
Berhubung sudah mendekati waktu sholat Jum'at saya pun berusaha mencari masjid dilingkungan Tanjung Lesung. Tapi parah  nya kawasan sebesar Tanjung Lesung  itu tidak terdapat masjid satu pun yang memaksa saya untuk blusukan  ke desa sekitar nya untuk mencari masjid.
Blusukan dijalan desa Tanjung Lesung mencari masjid

Ketemu juga mushala tempat Jum'atan
Ba'da Jum"at saya lanjut ke arah Panimbang sambil mencari tempat makan siang. Ayam gulai pada sebuah RM Padang menjadi pilihan saya siang itu. Setelah itu perjalanan saya lanjut ke Malimping.Sebagian jalan agak rusak dengan aspal terkelupas dan dihiasi lobang2.Pukul 16.30 saya tiba di Malimping dan menyempatkan untuk beristirahat sebentar.

Malimping /Foto perdana pada usia ke 57
Dari Malimping perjalanan saya lanjutkan ke arah Bayah. Sebagian jalan masih dalam konstruksi pembetonan, sehingga kendaraan bergantian melintas. Cukup macet dan sangat berdebu.Sebelum jalan cagak ke Sawarna,saya ambil jalan kekiri menanjak, melewati lokasi mega proyek pabrik semen Merah Putih.Jalan tanah yang disiram air, guna menghindari debu mengotori rumah penduduk, cukup terasa licin.

Pukul 21.00 saya tiba di Pelabuhan Ratu yang cukup ramai pada malam Sabtu itu. Saya langsung saja menuju arah Cikidang yang cukup gelap malam itu. Trek ini memang penuh kenangan buat saya, karena pada trek ini beberapa tahun yang lalu, saya dan teman2 di Jakarta sering mematangkan skill berkendara, karena kontur treknya cukup manantang. Bedanya, sekarang sudah terdapat ada sekitar 3 toko Indomaret/Alfamaret disepanjang trek 46 km itu hingga Cigombong.
Conveyor belt Semen Merah Putih dan jalan berdebu
Tiba di Cigombong
Dari Cigombong saya lanjut Ciawi dan Bogor.Rasanya sudah pengen cepat sampai di rumah karena  cukup terasa lelah rasa nya. Dari Bogor saya ambil jalan Cibinong masuk Depok dan akhirnya pada pukul  01.54 Sabtu 25 Juli 2015 dinihari  saya tiba dengan selamat dirumah setelah 5 hari perjalanan dengan total jarak tempuh 2.185 km. So enjoyable trip in whatsoever..
Arrived home in Jakarta
Beberapa hari di Jakarta saya luangkan waktu untuk mempersiapkan Scorpy agar fit kembali untuk dipacu kembali ke Denpasar. Dan tidak lupa mempersiapkan kondisi fisik agar siap untuk menghadapi lintasan sepanjang 1200 km lagi ke Denpasar.

Singkat kata pada hari Kamis, 30 Juli 2015, ba'da Subuh saya start ke Denpasar. Tidak banyak hal yang dapat diulas, namun setiba di Bandung saya sempat rest dan melanjutkan perjalanan pada sore hari nya ke Denpasar. Macet luar biasa di daerah Cibiru dan CIleunyi cukup menguras stamina. Pada sebuah Indomaret saya berhenti dan membeli cheese cake, yang tidak pernah saya temukan di Indomaret/Alfamaret manapun.Enak kok...

Cheese cake
Sekitar pukul 20.30 saya tiba di Nagrek dan berhubung perut sangat lapar, saya mampir kesebuah warung yang menjual mie kocok Bandung. Cukup nikmat dan porsinya juga banyak. Dengan harga Rp.25.000 cukup worthed rasanya.
Istirahat di Nagrek
Mie kocok Bandung
Setelah makan, perjalanan segera saya lanjutkan kearah Ciamis.Setelah Ciamis, hujan mulai membasahi bumi dan saya pun berhenti guna mengenakan rain-gear. Berbanding terbalik dengan saat datang di Banjar , begitu ramai sekali, dan dengan jam yang sama saya masuk Banjar, sangatlah sepi sekali. Dari Banjar saya langsung saya menuju Majenang dengan melewati tapal batas Jabar. Adios Jabar CU soon..
Keluar Jabar ditengah gerimis malam
Setelah memasuki propinsi Jateng, saya berhenti lagi di sebuah SPBU di Majenang untuk sekedar mengeringkan jas hujan yang basah kuyup. Berhubung mata semakin berat, saya akhir nya tertidur sekitar 1,5 jam. Selanjutnya sekitar pukul 05.00 subuh saya tiba di Karang Pucung dan mencoba mencari santapan yang hangat, yaitu soto ayam.Namun rasa nya sungguh berantakan, sehingga hanya masuk sekitar 5 suap saja.
Rest di SPBU Majenang

Soto Ayam
Dari Karang Pucung perjalanan saya lanjutkan terus hingga menjelang tengah hari saya memasuki kota Kutoarjo.Sembari menunggu waktu sholat Jum"at tiba saya langsung parkir di Masjid Agung Kutoarjo yang terletak pada alun2 kota.
Masjid Agung Kutoarjo
Ba'da Jum'at saya langsung mecari tempat makan terdekat didalam kota Kutoarjo.
Ayam goreng bu Ning - Kutoarjo
Lezzatos
Dari Kutoarjo perjalanan saya lanjutkan memasuki Yogya dan bablas saja ke arah Solo. Di SPBU Klaten saya berhenti untuk refueling karena trip meter sudah menunjukkan angka 573 km   yang mana isi full tank semula di Bogor.
Refueling di Klaten
Selesai refueling, hari sudah beranjak magrib dan stamina juga sudah mulai menurun sehingga saya luangkan untuk beristirahat beberapa saat di SPBU itu.
Rest di SPBU Klaten
Setelah azan Magrib perjalanan saya lanjutkan dengan target next stop adalah Mantingan, yaitu perbatasan Jateng - Jatim. Ramai sekali lalulintas menjelang Solo. Dan saya seperti biasa mengambil jalan arteri kota Solo guna menghindari kemacetan dalam kota Solo. Sekitar pukul 21.00 saya sudah tiba dekat Mantingan setelah melewati kota Sragen yang cukup ramai malam itu.
Makan dekat Mantingan
Sup ayam
Satu porsi sup ayam hangat dengan teh manis hangat yang dihargai Rp.15.000 sangat terasa menyegarkan dan menghilangkan rasa kantuk yang mulai menyerang. Setelah makan dan saya lanjutkan perjalanan ke Mantingan yang hanya berjarak 5 menit saja.
Welcome Jatim
Memasuki propinsi Jatim, lalulintas terasa ramai oleh truk dan bis malam.Sesekali saya berhenti untuk beristirahat sebentar dan langsung jalan lagi. Pukul 03.00 dinihari saya memasuki kota Saradan dan perut mulai terasa lapar lagi sehingga saya singgah ke RM Saradan Asri untuk menyantap mie ayam jamur. Lumayan enak dan menghangatkan badan pada dinihari yang dingin itu.
Mie ayam jamur
Dari Saradan saya lanjut dengan sistem stop and go disaat mulai terasa ngantuk.Tidak terasa sekitar pukul 10.00 saya sudah tiba di pertigaan raya Gempol - Mojo Agung.Saya pun berhenti lahi untuk late breakfast  berupa nasi pecel. Dan setelah makan, karena matahari mulai tinggi, langsung saja saya mengarah ke Pasuruan setelah melewati Simpang Apollo dan bundaran Gempol.
Bundaran Gempol - 242 km ke Ketapang
Dari Pasuruan saya gas terus sehingga pukul 15.00 saya tiba di Kraksaan dan berhenti untuk late lunch.Setelah makan ikan laut bakar dan es jeruk itu langsung membuat mata menurun intensitasnya.Daripada mengundang resiko akibat dari auto pilot, saya beristirahat di RM Pondok Bambu itu sekitar satu jam.
Ikan bakar dan es jeruk
Setelah agak segar saya melanjutkan perjalanan ke kota paling ujung timur di pulau Jawa yaitu Ketapang setelah melewati Pasir Putih,Situbondo dan Asem Bagus serta hutan jati TN Baluran .
Pasir Putih,air laut surut
Sekitar pukul 19.00 saya tiba di Ketapang dan akan beristirahat cukup lama karena section Gilimanuk-Denpasar sepanjang 133 km itu akan lah terasa sangat berat sekali. Kecuali ketemu "sparring partner" yang dapat membuat riding speed saya tinggi.
Senja di Situbondo

Pelabuhan ferry Ketapang

Nasi tempong di Ketapang
Selesai makan nasi tempong khas Banyuwangi yang terkenal pedas nya nendang itu, badan pun terasa segar lagi dan rasa kantuk lenyap.Saya pun segera menyeberang ke Gilimanuk. Pukul 23.30 WITA saya tiba di Gilimanuk.Sembari melihat -lihat siapa tau ada sparring partner buat ngilangin rasa ngantuk saya berhenti didepan SPBU di Gilimanuk. Setelah menunggu sekitar 15 menit, tidak ada yang sesuai dengan harapan saya, rata2 motor2 matic dengan muatan fully loaded saya pun jalan pelan2 saja menuju Denpasar dengan masih mengharap ketemu sparring partner dijalan. Bila tidak, alangkah parahnya ngantuk saya dan bisa jadi besok subuh tiba di Denpasar.
Menanti sparring partner di Gilimanuk
Memang betul dengan lambat sekali saya menjalani km demi km dan berhenti ber-kali2 untuk ngopi.Hingga pada saat setelah ngopi di Perkutatan, tiba juga apa yang saya harapkan.
Ngopi di Perkutatan
Sebuah motor New Vixion dengan plat no L (Surabaya) melesat dengan kecepatan diatas rata2. Nah ini dia yang saya nanti2 kan, langsung saja Scorpy mengambil posisi nempel di buntut New Vixion itu, sembari mempelajari karakter riding dan cornering nya. Analisa saya ,motor itu lebih kencang kalo ketemu jalan lurus ketimbang Scorpy yang sudah penuh beban dan jalan ribuan km. Tapi dia punya kelemahan dalam hal cornering, dimana sering posisi melebar dan  braking point nya ngacak serta cenderung jauh dari titik apex tikungan. Tercatat dia 2 (dua) kali berhasil overtake saya pada trek yang relatif agak lurus, atau dalam istilah pacenote rally  adalah 7L atau 7R. Sebaliknya , saya berhasil overtake dia 3 (tiga) kali pada tikungan2 kosong semua dan selalu maintain leading position hingga memasuki Tabanan. Ada sekitar 40 km an kami main dalam speed yang cukup tinggi pada dini hari itu ,yang membuat mata saya melotot terus.Alhamdulillah rasa kantuk hilang karena saya dalam posisi leading terus karena dalam 100% konsentrasi.

Memasuki kota Tabanan mulai banyak Polantas yang standby dipinggir jalan sehingga saya memperlambat laju Scorpy dan memberikan isyarat tangan untuk dia mendahului saya. Dia pun melambaikan tangan sembari memacu New Vixion nya dalam kegelapan dinihari itu. Alangkah  indahnya kebersamaan :)

Arrived home - Denpasar
Pukul 03.03 WITA dinihari saya tiba didepan pintu rumah dengan selamat. Alhamdulilah...trip saya sepanjang 1.300  km (Denpasar-Jakarta) + 2.185 km (Jakarta -Bangka-P.Ratu-Jakarta) + 1.271 km ( Jakarta - Denpasar) dengan total jarak semua nya 4.756 km sudah berakhir dengan selamat ,tidak kurang satu apapun. Alhamdulillah...

Scorpy . you've done a teriffic job. Dan Alhamdulillah pada usia saya yang ke 57 ini saya masih mampu melakukan trip panjang dengan baik.Semoga saya akan tetap mampu melaksanakan trip yang lebih jauh lagi diusia saya yang sudah menginjak senja ini.

Pesan yang ingin saya sampaikan adalah : walaupun sebagai penderita penyakit hyper thyroid namun sama sekali bukan menjadi penghalang bagi saya untuk melakukan long trip dengan waktu yang cukup ketat.

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada rekan2, saudara2 dan orang2 terdekat saya yang sudah memberikan support baik langsung maupun tidak kepada saya selama perjalanan panjang ini sehingga saya mampu menyelesaikan nya dengan baik.

Amien YRA...

I love U all...see U soon in my next trip...