Tuesday, March 24, 2015

Trip to Gili Air 20 -22 March 2015


Destinasi wisata di Lombok, sebagian besar sudah pernah saya kunjungi, khusus nya di Lombok Barat. Untuk kawasan Gili yang dibarat Lombok, ada 2 Gili yang belum pernah saya kunjungi, yaitu Gili Meno dan Gili Air. Kalau Gili Trawangan sudah sering saya kunjungi, baik hanya pulang hari ataupun overnite. Untuk Gili Meno, informasinya adalah pulau yang sepi dan cocok bagi yang benar2 untuk mencari ketenangan, seperti pasangan yang hendak ber honeymoon .Dan akses boat ke Gili Meno juga agak jarang, tidak seperti ke Gili Trawangan atau Gili Air. Maka pilihan saya arahkan ke Gili Air aja.
Peta Gili Air
Untuk kesempatan berkunjung ke Gili Air akhirnya tiba jua, yaitu saat libur  Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1937, yang jatuh pada hari Sabtu tanggal 21 Maret 2015. Sehingga semua aktivitas perkantoran di Bali diliburkan pada hari Pengrupukan yaitu sehari sebelum Nyepi, yaitu hari Jum'at nya. Lumayan cukup waktu untuk berkunjung ke Gili Air.

Hari Kamis malam jam 23.00 saya start ke arah Padang Bai, dengan santai. Saya setting waktu untuk ke Gili Air yaitu pada hari Sabtu 21 Maret 2015, sehingga saya punya cukup waktu untuk sholat Jumat di Senggigi dan maen di Mataram dulu. Perhitungan saya, tiba di Lembar paling lambat pukul 8.30 pagi. Setelah sekitar 45 menit riding, saya tiba di Padang Bai. Saya pun dikagetkan dengan panjangnya antrean truk menjelang Main Gate pelabuhan. Namun setibanya di Main Gate saya lebih dikejutkan lagi dengan sangat padatnya antrean motor. Waduh, ini pertama dalam hidup saya melihat antrean padat seperti ini. Sehingga ketika mengantri ada beberapa turis asing yang mengendarai motor balik kanan mengurungkan niatnya untuk ke Lombok.
Antrean super sekalee
Asli padat 
Karena sudah saya niatkan untuk ke Gili Air, apapun kendalanya tetap harus saya hadapi. Perkiraan saya mau berapa jam sih ini antrean ? Karena pada 2 tahun yang lalu saya pernah mengantri 6 (enam) jam di Padang Bai ketika saat akan Nyepi juga. Penyebabnya ketika itu adalah besarnya ombak di Selat Lombok sehingga penyeberangan di stop.Namun kali ini agak berbeda penyebabnya, yaitu karena hanya ada satu dermaga yang beroperasi, karena dermaga lainnya dalam proses perbaikan. Mantap sekali pola kerja Departemen Perhubungan ya ? Ternyata, akhirnya  saya harus  mengantri disini sesuai dengan tagline nya ibu kita Kartini.
Habis Gelap Terbitlah Terang
Ya, betul sekali, Habis Gelap Terbitlah Terang dan antrean ferry masih berlangsung.Dan dilengkapi dengan curah hujan yang tiba2 saat sekitar 30 menit menjelang naik ke ferry. Lengkap sudah perubahan cuaca yang saya nikmati.

Tiba dipintu masuk ke perut ferry saya menoleh ke jam tangan dan waktu menunjukkan pukul 8.30 pagi. Lumayan lama saya telah mengantri.Betul sekali pemirsa, "hanya" 8,5 jam saja :) Bergegas saja saya parkir motor dan naik ke ruang penumpang. Setelah menyantap seporsi Pop Mie saya langsung bersandar dikursi dan..zzzzzzzz

Sekitar jam 11.00 saya terbangun dan daratan Lombok sudah terlihat. Sekitar 45 menit kemudian ferry merapat dan masih menunggu waktu bongkar muat. Ada pengumuman dari pengelola ASDP yang mengatakan bahwa ferry pertama untuk balik ke Padang Bai adalah pada hari Minggu pukul 03.00 dini hari. Setekah turun ferry, melewati masjid di Lembar, sholat Jum'at baru saja bubar. Not my fault, maok diapakan lagi ?

Saya gas Scorpy menuju Mataram sambil mencari tempat makan siang. Hujan gerimis mengiringi langkah saya memasuki kota Mataram yang agak sepi pada siang itu. Saya berhenti pada sebuah warung makan yang menawarkan berbagai menu seafood. Pilihan saya siang itu adalah  nasi sapi lada hitam. Setelah makanan dihidangkan langsung saya santap saking laparnya.Hmmm..so spicy yah...but lekker pisan euy :)
Nasi sapi lada hitam
Tidak berlama2 selesai santap siang saya pacu Scorpy menuju Senggigi yang hanya berjarak sekitar 15 km dari Mataram.Tiba di Senggigi cuaca mendung dan ada tanda2 bekas hujan lebat. Tidak ramai siang itu di Senggigi.Saya sempatkan untuk mencari informasi akomodasi disitu dan memang karena pusat turis di Lombok Barat, penginapan di Senggigi rada mahal. Ada satu homestay yang menuliskan "Backpacker place to stay", setelah saya hampiri resepsionis nya, memberikan tarif Rp.350.000. Oke deh, saya masih punya opsi untuk overnite di Bangsal, karena selain lebih dekat ke lokasi penyeberangan besok. pastinya akan lebih murah tarifnya.
Sudut kota Senggigi
Tidak lama saya di Senggigi,saya melanjutkan perjalanan ke arah pelabuhan Bangsal. Jalan mulai berkelok mengitari pinggang bukit dengan pemandangan laut dikiri jalan yang terhampar sangat indah sekali.Mentaripun telah menampakkan sinarnya. Terbayar kontan rasanya rasa capek dan bete mengantri 8,5 jam di Padang Bai tadi malam.
Memasuki kawasan Malimbu
Keindahan yang mulai mengintip

Indahnya negeriku


Famous spot in Malimbu
Setelah puas menikmati keindahan pantai Malimbu, perjalanan saya lanjutkan menuju desa Pemenang. Jalan masih tetap di dominasi dengan tegongan2 yang aduhai, yang sangat menghibur sekali. Super mulus sekali hingga saya tiba di perempatan desa Pemenang. Masih terlihat bekas2 sampah dari pawai Ogoh2 yang dilaksanakan sehari menjelang Nyepi.Dari perempatan desa Pemenang saya belok kiri langsung menuju loket penyeberangan di pelabuhan Bangsal.Guna sekedar mencari informasi mengenai akses boat untuk keesokan hari ke Gili Air. Dan menurut petugas loket, jam 08.00 pagi, loket sudah buka dan boat pertama jam 09.00 ke Gili Air. Lega saya, teka teki tentang kelangkaan akses ke Gili Air terjawab sudah.

Setelah mendapat informasi dari Ojeker didepan loket penyeberangan, saya langsung mencari lokasi .homestay yang dimaksud. Yaitu sekitar 500 meter sebelum lokasi pelabuhan. Mudah sekali ditemukan karena terletak persis didepan terminal angkutan umum yang baru di Bangsal. Bersih serta murah, demikian kesan pertama saya. Untuk kamar non AC, mulai Rp.200.000. kalau berbentuk bungalow 'Rp.250.000. Untuk kamar yang ber AC dipatok tarif Rp.300.000.Berhubung sudah di 'bully'  selama 8,5 jam di Padang Bai, saatnya saya balas dendam, dengan mengambil kamar ber AC untuk istirahat.

Kamarnya berukuran besar, yaitu 4x6 meter, dengan AC 1 PK dan dilengkapi dengan TV Kabel serta hot/cold shower. What else do I need ??

The room with air condition
The non AC bungalow rated at Rp.250.000
Tidak salah pilihan kamar saya, karena selain luas juga AC nya sangat dingin. Setelah bongkar barang, saya langsung mandi dengan air hangat.....Segaaar chuyyy..
Parkir didepam penginapan
Tidak lama setelah magrib saya keluar untuk mencari makan malam serta membeli soft drinks yang akan saya bawa esok pagi ke Gili Air. Karena dapat dipastikan pasti mahal harga makanan / minuman disana. Di perempatan desa Pemenang cukup banyak yang berjualan makanan. Pilihan saya malam itu adalah sate Madura, yang menyuguhkan pilihan sate : ayam,kambing dan sapi. Yah, saya coba sate daging sapi nya yang empuk dengan bumbu kecap. Nikmat sekali.
Sate daging sapi
Setelah makan , saya membeli beberapa botol minuman untuk dibawa ke Gili keesokan hari dan langsung pulang ke penginapan untuk beristirahat. Setelah merapikan barang2 yang akan dibawa  esok hari berupa camera, tripod,power bank dan minuman dan sebagian besar barang saya tinggal di penginapan. Barang2 saya masukkan kedalam sebuah dry bag ukuran 15 liter yang sangat ideal untuk dibawa dalam kegiatan outdoor.

Dry bag 15 liter
Tepat pukul 7.30 saya berangkat menuju pelabuhan untuk bersiap menyeberang. Mulai terlihat kesibukan pelabuhan Bangsal pagi itu, terutama untuk jurusan Gili Trawangan sudah ramai penumpang boat yang mengantri akan menyeberang. Setelah membeli tiket boat seharga Rp.12.000 saya langsung mencari warung untuk sarapan. karena di penginapan sarapan baru ready jam 08.00.
Loket
Tarif
Pelabuhan Bangsal
Tidak susah, saya temukan warung yang menjual makanan pagi itu. Nasi, ikan pedas, lumayan untuk mengganjal perut pagi itu.
Sarapan
Setelah tidak lama menunggu, boat yang akan menuju Gili Air sudah siap. Namun didahulukan para pedagang yang naik boat.Beraneka ragam barang yang diangkut ke Gili Air mulai dari unit outdoor AC hingga duren ada.
The boat is ready
Pedagang yang akan menyeberang
Setelah boat penuh, langsung berangkat menuju Gili Air. Lama perjalanan hanya sekitar 30 menit,Laut sangat tenang pagi itu dan matahari bersinar dengan cerah. What a perfect day..
Sailing on the still ocean
I can see heaven from far side
Welkom to Gili Air




Tidak lama saya berkeliling di Gili Air, hanya sekitar 45 menit saja, langsung saya balik ke loket boat untuk membeli tiket pulang. Supaya masih ada waktu untuk berkemas dan mandi di penginapan sebelum melanjutkan perjalanan, dimana check out time nya adalah jam 12.00.
Kembali ke Bangsal
Merapat ke Bangsal
Setiba di Bangsal, langsung saya segera bergegas menuju penginapan untuk mempersiapkan perjalanan selanjutnya. Tiba di penginapan saya sempat untuk shower dulu dan packing barang2 lagi. Setelah check out pukul 12.00 siang itu saya menuju obyek wisata Tete Batu di Lombok Tengah. Konon ada beberapa air terjun di Tete Batu yang sudah menjadi obyek turis. Jarak dari Bangsal sekitar 50 km.  Dari Bangsal saya memasuki kawasan Pusuk yang dihiasi oleh jalan sempit dan berliku. Mirip2 karakter jalan di Gumitir, Jember. Disisi kiri kanan jalan banyak monyet- monyet  berkumpul sembari menunggu feeding dari orang yang lewat.

Memasuki jalan lintas tengah Lombok, matahari semakin terik dan menyengat. Sekitar pukul 13.30 saya menepi untuk menyantap makan siang. Plecing ayam yang pedas, sangatlah terasa maknyooz sekali siang itu.


Setelah selesai makan siang, sisa perjalanan hanya 15 km ke Tete Batu. Dan pada 3 km terakhir menjelang lokasi obyek air terjun nya, jalan berubah menjadi batu2 dan menanjak. Desa Tete Batu  memiliki panorama pegunungan dan persawahan yang amat indah. Karena keindahannya, Tete Batu dijadikan sebagai desa wisata oleh Pemerintah Lombok Timur. Tete Batu memiliki formasi kontur tanah seperti ngarai memanjang. Pemandangan ngarai yang indah terbentuk dengan persawahan subur nan hijau. Inilah daya tarik Tete Batu yang membuat banyak wisatawan berbondong-bondong berkunjung ke sana. Lokasi Desa Wisata Tete Batu berada di selatan Gunung Rinjani di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Sangat disayangkan beberapa km sebelum Desa Wisata Tete Batu jalan belum tersentuh aspal sehingga mengurangi kenyamanan berwisata.
Hamparan hijau di Tete Batu
Air terjun di Tete Batu

Setelah turun dari desa Tete Batu saya tiba di desa Kopang dan beristirahat sejenak. Jarak ke Mataram masih 30 km lagi. Tidak lama beristirahat saya lanjut ke Mataram.Baru jalan 5 km tiba2 hujan sangat deras nya, sehingga buru2 saya mengenakan rain gear. Sepanjang 25 km menuju Mataram hujan tidak kunjung reda, dan memasuki kota Mataram hari sudah mulai gelap.

Surprised bagi saya, bahwa malam itu Mataram sebagian besar turut merayakan Nyepi. Lampu2 mati, restoran dan mall tutup. Hanya tersisa Indomaret dan warung2 pinggir jalan yang masih buka, dan penerangan jalan juga hanya tersisa di jalan utama kota Mataram. Sungguh diluar perkiraan saya, karena rencananya saya akan menghabiskan malam itu di Mataram dengan mengunjungi Mall atau pusat keramaian kota sembari menunggu pukul 23.00, sebelum bertolak kembali ke Lembar. Tidak banyak yang dapat saya lakukan ditengah hujan lebat itu, selain mencari warung makan.

Soto daging, ya itu pilihan ideal saya ditengah siraman lebatnya  hujan malam itu dikota Mataram. Selesai makan saya beranjak ke Indomaret dijalan Pejanggik, main road kota Mataram. Setelah membeli soft drink dan cemilan coklat Snickers, saya duduk2 didepan toko. Beruntung ada 3 orang anak muda yang menemani ngobrol malam itu. Setelah ngobrol ngalor ngidul sekitar pukul 23.00 saya lanjut ke arah pelabuhan Lembar.

Tiba di Lembar pukul 23.30 , antrean motor masih sedikit, dan menurut petugas, loket buka jam 01.00 dan ferry pertama ke Padang Bai akan diberangkatkan pada pukul 03.00. Tidak lama menunggu, loket buka dan secara teratur rombongan motor masuk ke lokasi antrean ferry. Pukul 01.45 saya memasuki perut ferry Dharma Santosa. Sekitar pukul 03.20 ferry bertolak menuju Padang Bai. Waktu saya pergunakan sebaik baiknya untuk beristirahat di ferry.

Sekitar pukul 07.30 Minggu pagi ferry merapat di Padang Bai dan saya langsung keluar ferry dengan melenggang, sangat kontras dengan pemandangan saat saya berangkat 2 hari yang lalu. Hari Minggu itu pukul 08.15 pagi saya tiba dengan selamat dirumah. Selesai sudah trip saya yang pendek namun cukup berkesan ini. Jarak tempuh hanya 320 km. Sampai jumpa lagi pada trip saya selanjutnya Adios..