Sunday, January 19, 2014

Trip to Madura 30 – 31 Juli 2011

Madura, ya sebuah pulau yang tidak terlalu jauh jaraknya dari Denpasar.Sebagai ilustrasi ; Denpasar – Gilimanuk : 130 km.Ketapang – Surabaya : 290 km .Crossing Suramadu,sampai di Madura,Total jarak hanya sekitar 330 km atau 660 km pp.
Image
Suatu waktu,pada hari Sabtu,tanggal 30 Juli,sepulang kerja saya iseng menyempatkan diri hanya untuk sekedar menginjakkan kaki dipulau garam tersebut.Berangkat dari Denpasar,sore pukul 16.00 dan tiba di Surabaya, Minggu pagi,langsung crossing ke Bangkalan – Madura.
Image
Image
Menyeberangi jembatan Suramadu, sebuah jembatan terpanjang di Indonesia, menyisakan sensasi tersendiri.
Image
Tidak lupa,setiba di Bangkalan,sy mencoba langsung sate Madura yang dijajakan di emperan toko.Sungguh nikmat.
Image
Karena terbatasnya waktu, hanya sampai Bangkalan saja penjelajahan saya di pulau garam ini.Tidak lama,saya langsung kembali ke Denpasar,dan tiba di Denpasar sudah pukul 22.00 malam.Hanya tertidur sekejap,saya sudah dibangunkan oleh alarm,untuk mulai sahur,karena paginya sudah mulai berpuasa….
Image

Trip Denpasar - Jakarta 26-28 Juni 2012

Sebagaimana tiap 2 bulan sekali saya mendapatkan day-off utk pulang ke Jakarta.Kesempatan baik ini biasanya saya gunakan sebaik-baiknya untuk menambah jam terbang long-trip saya,sehingga sejak hampir 3 tahun saya bertugas di Denpasar sudah puluhan ribu km saya jalani.


Persiapan kendaraan Suzuki Skywave ini menjelang start tidak banyak, hanya mengganti CVT belt yang baru, ganti kampas kopling assy menggunakan Suzuki Hayate punya, ganti oli Enduromatic dan busi Denso Iridium.

Setelah tidur sekitar 2 jam, maka tepat Selasa,tgl 26 Juni pukul 2.30 dinihari, motor saya gas menuju pelabuhan Gilimanuk.Saya sediakan waktu 2.5 jam utk jarak 130 km dari Denpasar,yang artinya saya akan berjalan sangat santai dengan average speed sekitar 40 km/jam.Kota Denpasar tengah tertidur lelap saat saya keluar dari rumah.Hanya ketika melewati pasar Sanglah,dipusat kota Denpasar,aktivitas pasar mulai ramai.

Tidak terasa, hampir 3 jam berlalu ketika saya memasuki pelabuhan Gilimanuk.Alangkah kagetnya saya melihat antrean kendaraan yang sangat panjang, mencapai 3 km,yang didominasi oleh bus dan truk.Ternyata,berhubung deras nya arus di pelabuhan Ketapang, sehingga sudah hampir 3 jam ferry di stop,tidak bisa menyeberang. Dengan cara selap-selip di-sela2 kendaraan2 besar tersebut, saya berhasil naik ke ferry dengan tanpa membuang waktu yang terlalu banyak.




Setelah kurang lebih ferry berlayar menyeberangi selat Bali akhirnya saya mendarat di pelabuhan Ketapang.Keluar dari ferry, kondisi jalan tidak kalah kusut karena kendaraan besar saling berebut utk masuk ke ferry,Maklum masih kondisi anak2 liburan sehingga bus2 yang mambawa pelajar2 membanjiri pelabuhan Ketapang.

Sebelum memasuki hutan lindung Baluran, atau dikenal dengan Bajul Mati saya sempatkan untuk sarapan ayam goreng.Nikmat rasanya, karena memang perut lagi kosong.

Selesai sarapan, motor langsung saya arahkan ke Situbondo dengan melewati hutan Bajul Mati sepanjang 21 km.Pagi itu Bajul Mati terlihat ramah,tidak seperti kalau saya melewati nya dinihari sekitar pukul 3.00 yang penuh dengan aura angker.


Memasuki kota Situbondo,waktu tempuh saya sudah mulai terlambat sekitar 1 jam dari jadwal,dikarenakan masalah keterlambatan di ferry tadi pagi.Cuaca cerah dan matahari bersinar mulai terik. Gas motor saya maintain di 80 km/jam guna mengkompensasi waktu yang terbuang.

Kota Probolinggo terlewati, dan ritme riding saya mulai tidak seperti yang saya harapkan, karema sering berhenti untuk minum,dikarenakan teriknya matahari.
 
Pasuruan pun saya lewati dengan keterlambatan waktu sudah mencapai 2 jam dari jadwal. Karena sudah pukul 14.00, saya berhenti makan diluar kota Pasuruan.RM Padang mejadi pilihan saya. Setelah makan siang, perjalanan saya lanjutkan ke arah Mojokerto. Memasuki kota Trowulan, pandangan saya tertuju ke sebuah papan rumah makan, kepunyaan seorang tokoh Srimulat yang terkenal itu. Berhubung perut masih kenyang, saya tidak jadi makan disitu.


Jam 19.30 saya memasuki kota Nganjuk dan langsung mencari tempat makan.Karena malas repot, lagi2 sasaran saya resto Padang lagi.Tidak lama2 motor langsung saya gas lagi menuju perbatasan Jatim - Jateng di Mantingan. Suasana sepi sekali ketika saya memasuki wilayah propinsi Jateng, Selasa tengah malam itu.


Menjelang Yogya sudah terakumulasi keterlambatan waktu sekitar 3 jam dari jadwal. Tepat pukul 2.00 , Rabu dinihari saya tiba di Tugu Malioboro, Yogyakarta. Saya janji ketemu dengan bro Ibra dan bro Kris ,temen dari Bandung yang akan pulang ke Bandung disitu.Tepat 2.45 setelah bertemu mereka, motor kami gas menuju Purworejo.


Section Purworejo - Bandung ini biasanya saya gunakan untuk beristirahat barang 2-3 jam.Namun dengan adanya teman riding, rasa ngantuk berat saya yang sudah riding lebih dari 24 jam dari Denpasar dapat dieliminir. Strategi bro Ibra yang menempatkan posisi riding saya didepan membuat rasa kantuk saya hilang. Pukul 6.30, Rabu pagi kami sarapan di kota Sumpyuh dengan menu lontong opor dan bubur ayam.

Perjalanan lanjut menuju Bandung.tepat pukul 12.00 siang saya memasuki kota Bandung atau dengan kata lain setelah riding 33,5 jam non-stop dari Denpasar.Waktu tempuh ini sekaligus merupakan rekor baru saya, karena biasa nya waktu terbaik saya, adalah 37 jam Denpasar - Bandung yang saya buat 2 tahun yang lalu.Saya puas, walau awal2 nya saya terlambat terus dari jadwal,tapi pada section penentuan : Yogya-Bandung saya berhasil membuat maximum attack yang tentunya tidak terlepas dari support bro Ibra dan Kris.

Setelah menyelesaikan sedikit urusan di Bandung, perjalanan saya lanjutkan ke Jakarta.Rasanya dekat sekali jarak Bandung - Jakarta. Di Rindu Alam saya sempatkan utk foto2 sebentar.


Lewat tengah malam, saya tiba dirumah dengan selamat. Tuntas sudah perjalanan rutin 2 bulanan saya, sepanjang 1.250 km dengan selamat. See U in my next trip.

Saturday, January 18, 2014

My journey to Bima - Sape ,16-19 May 2012



Pada kesempatan long weekend 16 -19 May 2012 yang lalu saya berkesempatan untuk solo-riding ke Sape (ujung paling timur pulau Sumbawa).Total jarak tempuh pp dari Denpasar adalah 1.117 km. Start Rabu sore pukul 16.00,sepulang kantor, saya langsung memacu Suzuki Skywave kesayangan ke pelabuhan Padang Bai,yang berjarak kurang lebih 45 km dari Denpasar.


Tiba di Padang Bai pukul 17.00 WITA, Setelah membayar tiket penyeberangan Rp.101.000, motor langsung diarahkan oleh petugas ferry masuk kedalam ferry yang sudah standby.Setelah menunggu sekitar 1 jam,pukul 16.00 ,ferry berangkat menuju Pelabuhan Lembar di Lombok.Di ferry ada ruang lesehan dengan fasilitas kasur,AC ,TV.Hanya dengan membayar Rp.30.000 ,saya manfaatkan waktu yang berharga selama penyebrangan ini untuk tidur, guna recovery stamina untuk perjalanan panjang menuju Sape.

Tidak terasa sudah 4 jam ferry berlayar menyeberangi Selat Lombok,ketika sandar dipelabuhan Lembar.Tidak menunggu terlalu lama, saya berhasil keluar dari ferry dan mencari warung nasi terdekat dilingkungan pelabuhan Lembar,sehubungan dengan mendesaknya kebutuhan asupan makanan diperut.Jam menunjukkan pukul 22.00 WITA,langsung saya santap nasi campur dengan lauk udang goreng + sayur seharga Rp,12.000 termasuk teh manis hangat.

Selesai makan,langsung tancap gas menuju checkpoint berikut,yaitu pelabuhan Kayangan dengan jarak 93 km melalui main road di Lombok Tengah.Memasuki kota Cakranegara, saya berhenti di Alfa Maret untuk membeli perbekalan dijalan,berupa biskuit dan Porcari.Karena di Sumbawa akan sulit mencari tempat jual groceries seperti Alfamart atau Indomaret. Setelah ber-basa basi dengan petugas parkir,yang banyak bertanya tentang spek motor Suzuki yang saya kendarai,langsung buka gas lagi menuju pelabuhan Kayangan.Pada kira2 20 km sebelum Kayangan saya sempatkan untuk refueling.Jalan sangat sepi malam itu,sehingga  pukul 23.30 saya tiba di pelabuhan Kayangan.Langsung membeli tiket penyeberangan seharga Rp,50.000 dan masuk waiting area depan Dermaga 2 nya.Frekwensi ferry ke Poto Tano ( Sumbawa) adalah 24 jam. Sempat ada keraguan,apakah saya tunggu sampai terang,baru crossing atau langsung crossing dan tunggu terang diseberang.Karena saya belum pernah melewati rute Poto Tano -Sumbawa Besar - Dompu_Bima -Sape itu.
 
Untungnya saya bertemu dengan seorang rider asal Taliwang,yang baru menyelesaikan Strata S-2 di Mataram yang akan pulang mudik ke Taliwang (Sumbawa Barat).Dia bilang.untuk rute sampai kota Sumbawa Besar,aman  walaupun gelap juga.
Saya putuskan untuk tetap langsung menyeberang dengan target tiba di Bima,Kamis, 17 May jam 17.00 sore. Setelah berlayar 2 jam,ferry pun merapat tepat jam 2.00 dinihari di pelabuhan Poto Tano.Motor langsung saya pacu ke arah kota Sumbawa Besar. Sekitar 2 km dari pelabuhan,jalan mulai gelap pekat,tanpa ada penerangan lampu jalan ataupun rumah penduduk sekitar.Dalam kondisi gelap,tanpa ada satupun kendaraan, jam 2.30 motor Suzuki Skywave saya tetap konsisten melaju dengan speed 60 km/jam sambil berakrobat menghindari aspal berlobang sampai di Desa Alas, yang satu2nya menyediakan pom bensin 24 jam.Melihat posisi bensin saya masih 1/2,pom bensin pun saya tinggalkan menuju kegelapan malam.Mata saya hanya fokus kedepan,waspada jika tiba2 ada hewan liar yang menyeberang.Berjalan sekitar 25 km ,tanpa ada satupun kendaraan pada pukul 3.00 pagi didaerah yang belum pernah saya lewati,sungguh menantang. Rasa was-was, tentu saja ada,

namun tentunya harus dapat saya tepiskan,krn saya tidak boleh mem-buang2 waktu jika ingin tiba on-time di Bima.Sekitar pukul 4.00 pagi,saya tiba di Kecamatan Buer dan langsung menepi disebuah Kantor Polisi , untuk beristirahat.Mata saya sudah tidak bisa diajak kompromi, Setelah minta ijin kepada petugas piket,saya bersandar di motor dan tertidur.Kurang lebih satu jam saya terbangun dan langsung melanjutkan perjalanan menuju kota Sumbawa Besar.Dengan kondisi bensin yang sudah kritis saya masuk kota Sumbawa Besar pada pukul 6.00,dan langsung mencari tempat sarapan.Ketemu warung menjual nasi kuning + empal daging.Puas dengan sarapan yang lumayan enak itu,sy dikejutkan dengan serombongan orang datang utk sarapan.Ada kira2 sekitar 10 orangnya dan semuanya berbahasa Sunda sambil bercanda.Iyeu mah asa ti Kircon - Bandung wae.euy :) Sepertinya mereka pekerja kontraktor yang hanya temporer kerja di Kota Sumbawa Besar.


Setelah beristirahat dan sarapan sekitar 1 jam,perjalanan saya lanjutkan keluar kota Sumbawa Besar melewati desa Seroding-Lobok sampai di Kecamatan Lape.Jalanan full hotmix yang baru selesai diaspal karena bertepatan dengan Visit Lombok - Sumbawa 2012 yang peresmian nya dilakukan langsung oleh bapak Presiden SBY pada tanggal 18-19 Juni 2012 di Mataram. Pada saat beristirahat,minum dipinggir jalan  didesa  Lengam,sebelum kota Lape melesat kencang sebuah motor adventure dengan kecepatan diatas 100 km. (belakangan saya tau,itu Josef,adventurer dari Frankfurt yang memacu motor KTM 990 Adventure).
Semakin siang matahari semakin menyengat dan gersangnya khas Indonesia Timur semakin kental membakar tubuh. Jalanan menjelang kota Lape,banyak lurus2 nya dan kiri kanan ditumbuhi belukar2 yang jarang2.Dapat dbayangkan bila kita malam hari melewati daerah ini,pasti aura mistis akan sedikit menyelimuti perasaan.

Lanjut dari kota Kecamatan Lape melewati desa Maronga - Jompong dan tiba di kota Plampang,Ada pom bensin dikota ini,tapi saya skip karena posisi bensin di motor saya masih setengah lebih. Setelah melewati kota Plampang jalanan mulai mendekati jalur pantai.Sekitar 20 km tibalah saya di desa Teluk Santong yang berada tepat dipesisir pantai dengan pemandangan yang exotis. Setelah mengabadikan pemandangan di desa Teluk Santong ini, Skywave saya gas lagi menuju kota Empang.Sepanjang perjalanan banyak terlihat penduduk tengah menggembalakan ternak mereka berupa sapi dan kambing.Sehingga,saya ingatkan agar lebih waspada terhadap kambing2 penduduk yang sering menyeberang jalan. Kota Empang hanyalah sebuah kota kecil yang hanya selewatan aja,sudah hilang dari pandangan mata.

Jalanan kembali menepi sejajar pesisir pantai melewati desa Labuan Haji,Labuhan Jambu hingga desa Kwangko.Di desa Kwangko saya temukan sebuah mesjid kecil dan langsung saya "mark" di GPS saya guna keperluan sholat Jum'at pada keesokan hari nya.


Dari desa Kwangko jalanan menyusur pantai terus diseling masuk sela2 perbukitan dengan kondisi jalan yang full hotmix yang baru saja selesai dikerjakan sehingga marka jalan nya belum ada. Saya coba mark di GPS tempat start view yang bagus dengan aspal sampai berakhirnya jalan aspal hotmix dan berganti aspal kelas kabupaten, ada sepanjang 46 km jalanan hotmix nya. Jauh lebih keren dari view di Senggigi yang hanya sekitar 25 km sampai Pemenang. Dibawah ini adalah sedikit foto2 yang mungkin dapat bercerita tentang keindahan trek yang saya maksudkan.

Perjalanan saya lanjutkan terus dengan melipir pantai melewati desa Banggo hingga tba disebuah T junction yang cukup besar.Kekiri kearah desa Calabai dan Gunung Tambora kekanan ke Dompu.Tidak jauh dari T junction itu ada sebuah RM Padang dan langsung saya parkir motor untuk santap siang.Lumayan menguras tenaga karena sebelum desa Kwangko tadi ada beberapa ruas jalan yang masih dalam perbaikan,sekitar 5 km an dengan kondisi batu kerikil lepas.Berkat ban Maxxis yang handal pada roda depan dan belakang Skywave saya, kendala2 itu dengan mudah dilewati.Thanks utk bro Aldrin dan Toko - Rumah Ban - Jakarta yang sdh merekomendasikan dan men-supply ban tersebut. Singkat kata, sepiring nasi + ayam gulai kandas sudah dan lanjut dengan common-conversation : "tambuah -da",yang berarti ada pasokan nasi lagi pada piring kedua.

Perut kenyang, tidak ber-lama2 di RM Padang itu,motor saya gas lagi menuju Dompu.Hanya sekitar 30 km , Dompu sudah didepan mata.Sebagai ibukota Kabupaten, kota Dompu lumayan ramai siang itu.Ada sebuah jembatan besar yang rusak ditengah kota Dompu,yang memaksa saya untuk mengambil jalan memutar untuk keluar dari Dompu.


Selepas Dompu, adrenalin saya terpacu oleh bentuk dan kontur jalan twisty , lebar , mulus serta sepi sepanjang 20 km melewati desa Saka,Katua ,Monggo,Sila hingga masuk perbatasan kota Bima berupa sebuah teluk didesa Doru. Pemandangan indah di teluk ini agak sedikit terganggu oleh "sudden-summer-rain" alias hujan panas yang datang tiba2.Hanya sekejap,cuaca berganti cerah lagi seperti pada foto ini.


Perjalanan saya lanjutkan hingga masuk kota Bima. Ternyata saya lebih cepat 2 jam dari jadwal masuk Bima.Saya tiba di Bima pukul 15.00 yang seharusnya masuk jam 17.00.Sehingga,tadinya rute ke Sape akan saya jalani kesokan pagi jadi langsung saja akan saya tuntaskan hari ini juga.Di Bima, ketika sedang mengambil foto2 ,saya dihampiri oleh sebuah motor Pulsar 220, ber nomer plat B,yang segera memperkenalkan dirinya sebagai bro Aan dari Jatiwaringin - Kalimalang yang merupakan putra Sape asli.Dia menawarkan untuk stay dirumahnya di Sape,tapi saya tolak secara halus dengan dalih masih mau liat2 kota Bima dulu.Setelah berpisah dengan bro Aan,motor lasngsung saya arahkan ke kota Sape,dengan mengikuti petunjuk di GPS Super Spring made in Cungkuok dimotor saya.Namun navigational map nya cukup presisi.


Menurut GPS, pelabuhan Sape masih 53 km dari Bima.Tidak membuang waktu, dalam sekejap saya sudah berada pada jalan twisty yang lebar pas keluar kota Bima menuju Sape.Sore yang cerah,jalan yang lebar dimana dipinggir jalan banyak kawanan monyet2 tengah mencari makanan2 sisa.Gas punya gas,langkah saya terhenti pada 8 km menjelang kota Sape karena ada alat berat tengah membersihkan longsoran tebing yang menutupi jalan.Kira2 30 menit,pekerjaan alat berat selesai, Skywave kembali saya pacu pada kontur jalan berliku dan didominasi oleh downhill menuju Sape.

Lepas dari tanah longsor itu, motor semakin kencang saya pacu,seolah tidak sabar mencapai kota Sape yang merupakan final destination dalam trip saya kali ini. Matahari masih bersinar terang ketika saya memasuki areal pelabuhan Sape. Saya langsung melihat ada sebuah motor adventure terparkir disana.Dengan tdk membuang waktu saya berkenalan dengan pemiliknya yang bernama Josef dari Frankffurt.Ini dia rupanya motor yang melaju kencang saat saya beristirahat tadi.Josef seorang aircraft technician di Frankfurt yang rela meninggalkan pekerjaan dan menjual sebagian harta nya berupa mobil dan simpanan tabungan nya guna berkeliling dunia.Dia sudah berjalan 120,000 km dari kampungnya dengan melewati 22 negara dengan mengendarai KTM 990 - Dakkar version thn 2005 yang dirubahnya menjadi versi adventure.Dia beli motor itu seken seharga USD 6.000.






Josef akan mengakhiri perjalanan nya di Perth,Australia setelah menuntaskan perjalanan di Flores dan Timor. Singkat kata,waktu berangsur mendekati magrib dan kamipun berpisah.Dia menunggu ferry jam 20.00 ke Labuan Bajo (Flores) dan saya pun jalan menuju Bima.Setelah mengisi bensin dekat pelabuhan Sape, saya menuju kota Sape untuk membeli softdrinks.Lepas azan magrib berkumandang, saya langsung tancap gas menuju Bima.Karena jalan balik ke Bima sama dengan jalan perginya, tanpa terasa saya sudah masuk ke kota Bima. Tujuan utama mengisi perut dan mencari tempat penginapan.Hotel Marina,terlihat menarik dari luar karena memang hotel baru dikota Bima.Setelah masuk dan menanyakan tarif di resepsionis, ternyata standard room nya Rp, 358.000 yang merupakan tarip promo. Wah, gak cocok dengan budget saya. Kemudian saya ber-putar3 di downtown kota Bima, hingga pada akhirnya ada dua orang anak muda yang datang menghampiri,dengan mengendarai Honda Vario 125 i. Dengan sopan dia menanyakan tujuan saya dan mereka memberikan referensi sebuah hotel yang ekonomis. "motor nya bagus oom" seraya menunjuk ke velg/ban motor saya. Dengan tersenyum, saya tinggalkan mereka untuk segera mencari rumah makan terdekat.Akhirnya ketemu RM Padang dan dengan lahap saya santap rendang + sayur.Karena badan mulai terasa capek, tadinya niatan saya mau city tour lagi saya batalkan. Tidak lamam saya tiba disebuah hotel, Hotel Lambitu ,yang menurut saya,tarifnya bakalan cocok dengan budget saya. Parkiran motor nya pun aman, karena masuk dalam ruangan yang tertutup pagar.Setelah mendapatkan keterangan, tarifnya Rp.175.000 + PPN ,twin bed + AC including breakfast,langsung saya check-in. Malam itu saya dapat benar2 melepas penat dengan mandi dan tidur diruangan ber AC, yang mana tidak pernah saya nikmati bila trip Denpasar - Jakarta.Karena saya biasa jalan non-stop siang-malam.

Pukul 6.30 pagi keesokan harinya, yaitu hari Jum'at tanggal 18 Mei 2011, saya langsung sarapan dihotel dan bersiap untuk menuntaskan rute Bima - Kayangan (Lombok).Pagi itu cuaca cerah dan saya berangkat dengan kondisi 100 persen fit.

Setelah mengisi bensin di dalam kota Bima serta mengecheck tekanan angin ban Skywave saya, langsung saya mengarah ke kota Dompu ,dengan estimasi sejam perjalanan. Kondisi jalan pagi itu cukup lengang sehingga dengan mudah saya mencapai kota Dompu, setelah menikmati jalan berkelok.Tiba di kota Dompu saya disambut oleh sebuah razia besar Polantas setempat.Setelah mengecheck SIM + STNK,pak polisi langsung mempersilahkan saya untuk melanjutkan perjalanan. Menjelang keluar kota Dompu, saya tiba kembali disebuah jembatan besar yang masih perbaikan,Pada saat pergi saya ambil jalan memutar utk menghindari jembatan rusak itu.Saat balik sy coba shortcut dan ketemu jembatan rusak itu. Ternyata disamping jembatan rusak itu,dibangun penduduk setempat jembatan bambu kecil,yang lebarnya 3 batang bambu ,sepanjang sisi jembatan rusak yairu sekitar 50 meter dengan hanya ada pegangan disatu sisi jembatan darurat itu.Saya liat kebawah, jauh juga kali nya,ada sekitar 20 meter-an.Langsung saya diserbu beberapa remaja tanggung yang menawarkan utk membawa motor keseberang.Setelah melihat semua motor yang lewat itu,diseberangkan oleh pemuda2 setempat,sy serahkan motor keseorang anak mudamyang menurut taksiran saya masih kelas 2 SMP. Saya berjalan duluan dan dengan lincah dia mengendarai motor saya itu dijembatan darurat yang lebarnya hanya 3 batang bambu kecil.Setengah berakrobat dia tiba pas dibelakang saya yang tida duluan diseberang.Dua lembar uang lima ribuan saya selipkan di kantong nya. Dengan mengucap terima kasih, dia berlari keseberang untuk mencari "pasien" berikut nya. Dalam hati saya, kalo saya nekat mengendarai motor dengan menyeberangi jembatan darurat itu ada 2 aspek negatif nya.Kesatu tindakan itu tidak akan disukai pemuda setempat, karena itu penghasilan tambahan mereka dan kedua, kalo saya apesm kecebur kali, gak pulang saya jadinya ke Denpasar.Sebelum keluar kota Dompu, saya sempatkan untuk berkeliling kota sebentar.

Tak lama, kota Dompu sudah tidak terlihat dibelakang saya dan motor saya pacu ke arah kota Sumbawa Besar ,dengan planning sholat Jum'at di masjid kecil do desa Labuhan Haji yang sudah saya "marked " di GPS saya. Sehingga saya mudah menghitung ETA time nya di masjid itu. Pukul 11.45 WITA sy tiba di masjid yang saya tuju,untuk menunaikan sholat Jum'at.

Sungguh sebuah kesan yang berbeda pada saat sholat Jum'at pada sebuah masjid kecil, yang persis terletak ditepi pantai.Jama'ah nya pun tidak banyak.Selesai Jum'atan motor kembali saya pacu ke arah kota Sumbawa besar.Tepat dikota Empang ,lapar sudah tidak tertahan dan langsung saya makan siang seadanya disebuah warung.Lanjut jalan kearah kota Plampang dengan melalui beberapa ruas jalan yang rusak dan berdebu serta luar biasa gersangnya.

Tidak jauh setelah melewati desa Lape ,tiba2 baut bracket box saya patah satu tepat pada lintasan yang sepi,tanpa ada rumah penduduk, apalagi bengkel.Setelah mempelajari bentuk patah bautnya, tidak mungkin saya ganti dengan baut spare yang saya bawa, karena patah didalam sasis motor.Terpaksa saya ambil langkah emergency dengan mengikat bracket box ke footstep dengan menggunakan sabuk saya. Lumayan kuat sampai menuju bengkel dikota Sumbawa Besar lah, pikiran saya.


Tak lama,pada sekitar pukul 16.00 saya memasuki kota Sumbawa Besar.Setelah ditolak beberapa bengkel yang tidak menyanggupi perbaikan nya,dengan alasan sudah sore, akhirnya ada 1 bengkel yang menyanggupi dan cukup rapi pengerjaan nya,Hanya dikenakan Rp,20,000,saking senangnya saya tambahkan lagi Rp,20.000 untuk tip mekanik.

Waktu telah menunjukkan pukul 17.30 WITA di Sumbawa Besar,selepas dari bengkel saya parkir motor di sebuah warung bakso untuk recover stamina dengan makan bakso + jus melon. Lepas azan magrib, motor langsung saya pacu ke arah pelabuhan Poto Tano dengan jarak 93 km. Jalanan cukup gelap tapi berhubung belum larut malam, traffic kendaraan lumayan banyak.Sekitar pukul 19.00 an saya memasuki desa Alas, dan parkir dipasar nya untuk bersantap malam,Sebuah gerobak berjualan nasgor yang menjadi pilihan saya malam itu.Enak nasi gorengnya disertai dendeng daging, agak unik juga.


Nikmat cita rasa nasi goreng dendeng sapi ala Sumbawa ini.Masih ada jarak sekitar 25 km lagi menuju pelabuhan Poto Tano yang harus saya tuntaskan.Sebelum keburu mengantuk karena kekenyangan, motor saya pacu motor membelah aspal basah bekas hujan lebat beberapa jam yang lalu menuju Poto Tano. Tak lama gerbang pelabuhan Poto Tano sudah nampak didepan mata.



Berarti sudah 347 km jarak dari Bima yang saya tuntaskan hari ini,melewati jalan yang mixed-up antara hot mix dan gravel.Setelah membayar tiket ferry Rp,50.000 sy langsung masuk ke ferry dan mencari posisi tempat duduk yang nyaman buat tidur.Lumayan sekitar 1,5 jam an juga.Zzzzzzzz...

Sekitar 1,5 jam kemudian, ferry sudah merapat di Pelabuhan Kayangan dan saya langsung turun untuk mencari tempat beristirahat menunggu pagi. Saya berhenti di warung kopi dekat pelabuhan Kayangan dan ngobrol dengan beberapa orang yang sedang ngopi. Dari mereka saya mendapatkan informasi bahwa jalur Lombok Timur menuju Lombok Utara memang cukup rawan bila ditempuh pada malam hari.Mereka menyarankan kepada saya utk beristirahat pada sebuah losmen terdekat. Saya langsung menuju tempat yang dimaksud, adalah Losmen 53 dengan tarip Rp.70.000 per malam dengan fasilitas kamar mandi diluar dan tanpa AC.Lumayanlah buat saya melepas lelah malam ini. Yang paling penting, posisi parkir motor sangat aman, karena dimasukkan kedalam ruang tamu losmen.


Malam itu saya dapat beristirahat dengan cukup nyaman,untuk mengumpulkan sisa tenaga untuk menyelesaikan Day 3 dari trip saya ini.Keesokan pagi, Sabtu tanggal 19 Mei ,tepat pukul 08.00, setelah sarapan soto ayam disamping Losmen, motor saya arahkan ke Lombok Timur,menuju desa Sambelia dengan menyusuri pantai timur Lombok. Pemandangan cukup indah,namun ada jembatan rusak yang mengharuskan kendaraan bergantian lewatnya.



Pemandangan yang indah dipesisir timur Lombok sungguh menakjubkan dan secara spontan saya mengucap syukur didalam hati atas kebesaran Sang Pencipta Semesta Alam.

Perjalanan mulai memasuki arah pantai utara Lombok,dimana tidak terdapat satupun pom bensin , sehingga memaksa saya untuk membeli bensin secara eceran dengan harga relatif tidak mahal,Rp.5.000/ liter. 

Menginjak pantai utara Lombok,pemandangan masih didominasi oleh pohon2 kelapa dan laut lepas.


Kira2 pukul 13-00 saya tiba diperempatan desa Pemenang, yang jalan menuju desa Bangsal tempat crossing ke Gili Trawangan.Dipasar Pemenang saya makan siang disebuah rumah makan yang menghidangkan ayam Taliwang.Selesai makan sebelum keburu mengantuk langsung saya gas motor ke arah pantai Senggigi yang indah itu.Ini sudah kesekian kalinya saya melewati pantai Malimbu hingga Sengigi namun tidak pernah ada rasa bosan,karena terbius oleh keindahan pemandangan nya.


Saat itu mendung di spot Malimbu Beach, hanya saya tetap usahakan untuk mengambil foto,karena memang sayang untuk dilewatkan.



Dari Senggigi saya langsung lanjut ke arah pelabuhan Lembar dengan melewati kota Mataram dan Cakranegara.Tiba di pelabuhan lembar jam 14.00 langsung beli tiket ferry untuk menyeberang kembali ke pelabuhan Padang Bai.Ferry berangkat sekitar jam 15.00 dan saya habiskan waktu untuk tidur di ferry. Sekitar 4 jam perjalanan saya tiba di Pelabuhan Padang Bai dan bergegas turun.Pada pemeriksaan surat2 kendaraan di pintu keluar pelabuhan saya dikejutkan dengan sapaan " sabaraha poe pak dijalan ?" saya menoleh,dan ternyata itu seorang serse lengkap dengan senjata laras panjang yang menegor saya.Ternyata dia orang Sunda yang melihat tempat lahir saya Bogor di SIM, langsung open conversation in Sunda teaa...Haha..asa ti Ciwidey yeuh :) Cukup lama dia bertanya dengan raut muka yang hampir tidak percaya bahwa saya sudah riding dari Jakarta sampai Bima.Setelah selesai ngobrol2 ama pak serse Sunda tea, saya langsung menepi mencari makanan untuk pengisi perut makan malam.

Setelah selesai makan ayam goreng diwarung tenda yang ada di Padang Bai,sisa perjalanan menuju Denpasar saya tempuh dengan santai sekali.Kira2 sejam, tibalah saya dengan selamat dirumah.Selesai sudah perjalanan panjang dengan jarak 1.117 km dan penuh kenangan manis itu. Next trip saya akan mencoba menjelajah pulau garam,Madura sebelum pulang ke Jakarta.