Tuesday, September 2, 2014

Trip to Paradise 30 August 2014


Sejak beberapa minggu ini , dikarenakan kesibukan kantor agak berkurang. maka setiap hari Sabtu,karyawan diliburkan. Setelah sekitar seminggu lebih saya pelajari, akhirnya saya menemukan destinasi yang pas untuk saya jalani dengan format berangkat Sabtu dinihari dan pulang malamnya. Destinasi itu adalah Teluk Hijau atau kerap disebut juga dengan Green Bay yang terletak didalam Taman Nasional Meru Betiri dengan jarak sekitar 90 km dari Banyuwangi dan pantai Pulau Merah dengan jarak 78 km dari Banyuwangi.
Peta lokasi
Dengan perhitungan jarak pulang-pergi yang tidak sampai 500 km serta  mengingat ketersediaan bensin masih agak langka, maka sebelum berangkat saya isi full tank dengan perhitungan untuk jumlah 23 liter yang ada dalam tangki bensin, saya mampu untuk jalan sejauh 700 km.

Hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 pukul 02.30 dinihari saya berangkat dari Denpasar. Perjalanan lancar dan dalam waktu 2,5 jam saya sudah tiba di Gilimanuk untuk menyeberang,Hanya sayang ferry masih ngetem sekitar 40 menit sebelum berlayar ke Ketapang. Tiba di Ketapang, matahari sudah mulai malu2 menampakkan sinarnya. GPS saya set dengan tujuan Taman Nasional Meru Betiri terlebih dahulu.Satu demi satu kota2 kecil saya lewati sejak dari Banyuwangi yaitu Rogojampi.Benculuk dan Jajag.

Perkebunan Sungai Lembu
Dari Jajag menuju desa Pasanggaran sejauh 20 km jalan mulai mengecil dan melewati PTP Nusantara XII - Sungai Lembu.Perkebunan ini terdiri dari perkebunan karet dan kakao(coklat).Jalan sepanjang perkebunan sangat mulus dan dengan ciri2 khas nya sepanjang perkebunan ini, kiri-kanan jalan dihiasi oleh tanaman yang dauhnya merah yang biasa disebut dengan bunga Tanjung atau di Jakarta juga disebut dengan kembang Andong.
Jalan perkebunan yang rapi

Selepas Perkebunan Sungai Lembu jalan mulai berubah menjadi jalan offroad dengan jenis batu2 lepas dan batu2 kasar yang sudah diratakan. Walau tidak terlalu parah, hanya saja sangat mengurangi laju Scorpy .Jalan perkebunan kemudian melewati kebun kakao (coklat).
Kebun kakao (coklat)
Buah coklat
Perjalanan saya lanjutkan dengan kondisi offroad terus.Sesekali terdengan dentingan batu yang menghantam bagian bawah motor. Walaupun Scorpy belum dilengkapi dengan skid-plate ( deck oil pan/knalpot) namun ground clearance nya cukup tinggi dan aman kok.Jadi saya cuekin saja harmonisasi dentingan batu2 tersebut. Tidak lama kemudian saya tiba didesa Kandangan yang terdapat jalan cagak. Informasi yang saya dapatkan, bila jalan terus akan mengikuti jalan perkebunan Sumber Jambe yang tidak terdapat pemukiman warga tapi lebih dekat dan bila ambil jalan kekiri akan melewati pemukiman warga desa Kandangan. Kedua jalan ini akan bermuara di desa Sarongan, tepatnya pada terminal bis.


Tentunya saya pilih yang jalan terus, tanpa melewati pemukiman warga, agar lebih terasa suasana adventure nya. Orang Ukraina bilang : leuwih ngeunah... :) Setelah saya ikuti jalan lurus yang full-offroad serta sepi dan melewati beberapa jembatan gorong2 kecil, saya tiba di sebuah T junction.
Papan petunjuk - cukup informatif
Tidak lama saya melewati desa Sarongan yang mulai panas siang itu. Dari Sarongan sekitar 3 km saya memasuki desa Rajegwesi, Dari sini ada dua alternatif untuk mencapai Green Bay, bisa dengan menyewa perahu nelayan dengan biaya Rp,50 ribu pp dan jalan 2 km lagi ketempat penitipan motor,kemudian hiking ke Green Bay. Mengingat kondisi fisik saya yang tidak 100% prima saat itu karena penyakit thyroid saya lagi ngambek,maka  saya mencoba menghubungi nelayan yang perahunya sedang diparkir. Menurut keterangan mereka sudah hampir seminggu tidak melaut karena ombak sedang tinggi, dan otomatis pilihan pertama saya itu gagal dan harus memilih pilihan hiking. Apa boleh buat, sudah jauh2 datang dari Denpasar toh. The show must go on...

Sepi di pantai Sungapan
Sebelum lanjut ke tempat penitipan motor didepan pintu masuk ke Green Bay, saya melewati pantai Sungapan yang cukup bersih namun nihil fasilitas berupa warung atau apapun juga.
Pantai Sungapan
Cukup indah pantai Sungapan ini
Melihat kondisi pantai Sungapan ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik sehingga akan lebih banyak lagi wisatawan yang datang ke Taman Nasiona Meru Bentiri ini. Tentunya dengan tanpa mengenyampingkan perbaikan sarana jalan akses menuju kemari.
Terkesan tanpa perawatan
Ketika saya hendak beranjak dari pantai ini ketemu 2 orang berboncengan menaiki Honda Beat . Setelah berbincang ternyata mereka dari Madiun dan sudah sempat camping semalam di Sukamade, yang terletak 11 km lagi dari Green Bay. Hanya sebentar kami berbincang dan saya lanjut jalan.Tidak jauh dari pantai ini saya tiba di gerbang Taman Nasional Meru Betiri.
Gerbang TN Meru Betiri
 Setelah membayar tiket masuk untuk motor Rp.5.000 ditambah tiket masuk orang Rp.5.000, saya pun tidak sabar untuk segera tiba di Green Bay.
Tiket masuk
Didekat gerbang masuk Taman Nasional ini terpampang sebuah slogan Go Green yang disampaikan dengan cara yang cukup kreatif.
Aturan pengunjung

Sodaqoh oxygen
Direction board

Loket tiket
Sekitar 2 km dari pos masuk ini, saya tiba di lokasi penitipan mobil dan motor untuk pengunjung yang akan ke Green Bay.
Penitipan motor
Setelah memarkir motor, saya muat perbekalan logistic yang telah saya siapkan berupa air mineral dan roti kedalam ransel. guna menjaga stamina hiking ke Green Bay. Walau hanya berjarak 1 km tapi sangat terjal dan nyaris 45 derajat kemiringannya. Bila pergi ke Green Bay didominasi dengan jalan menurun yang tentu pulangnya adalah kebalikan. Dari pintu masuk sampai ke Pantai Batu diperlukan waktu antara 15-30 menit bila cepat. Dan dari Pantai Batu (Stone beach) ke ke Green bay kita harus menjalani jalan setapak yanng cukup adem sepanjang 300 meter.
Pintu masuk ke Green Bay

Jalan setapak dipenuhi belukar
Untuk mencapai Green Bay memang tidak mudah, karena diperlukan perjuangan yang berat serta  menantang adrenalin.Namun tentunya segala upaya jerih payah kita tidak akan terasa sia2 setelah tiba di TKP.
Tantangan pertama
Baru saja saya masuk , sudah membentang tantangan pertama berupa anak tangga yang curam. Lepas ini saya disuguhkan singletrack yang curam menurun. Saking curam nya , demi keamanan bila musim hujan tiba, pihak pengelola Taman Nasional menyediakan tali ditebing2 nya guna berpegangan apa bila turun, agar tidak tergelincir.

Tali pengaman
Disela2 belukar, saya melihat keindahan Green Bay dengan top-view mode. Sungguh indahnya ciptaanNya.

Sebagian dari keindahan TN Meru Betiri
Tidak lama kemudian saya masuk kesebuah pantai yang berbatu yang disebut juga Pantai Batu atau disebut juga Stone Shore, Konon batu2 itu berasal dari tsunami pada tahun 1994 yang menggulung pantai ini.
Pantai Batu

Walau hanya berjarak kurang lebih 1 km untuk mencapai pantai ini, namun cukup melelahkan karena medan yang terjal. Untungnya siang itu banyak pengunjung yang datang. antara lain rombongan outing dari sebuah kantor dari Surabaya, sehingga tidak begitu terasa capek nya sambil ngobrol dijalan. Sekitar 300 meter dari pantai ini, tibalah saya pada sebuah pantai yang sangat indah serta masih asri. Green Bay, here I come...

Wild side of Green Bay




Tebing terjal 

Pasir putih yang halus
Sebagian keindahan Green Bay
Setelah puas berfoto maka saya segera bersiap untuk kembali. Langsung terbayang tanjakan terjal  yang akan menghadang sebagai kebalikan jalan setapak yang menurun curam saat pergi tadi. Berhubung rombongan saat pergi tadi masih asyik berenang dipantai , maka saya pulang sendirian saja. Dalam perjalanan pulang saya melewati sebuah kolam kecil yang sangat asri dan damai.
Damai dan asri


Dengan susah payah akhirnya saya tiba ditempat penitipan motor. Lega rasanya ssudah berhasil menaklukkan medan yang terjal itu. Setelah merapikan barang kembali, Scorpy langsung saya gas, untuk mencari tempat makan terdekat.
Objek gua Jepang-dekat parkiran motor

Di desa Sarongan saya mampir kesebuah warung yang cukup bersih. Ternyata makan disitu sistem prasmanan. Dan makanan yang dihidangkan cukup ber variasi, mulai dari nasi pecel, ayam serundeng , sup dll. Tidak heran bila siang itu warung ini dipenuhi oleh rombongan turis Jepang dan para guide nya yang on the way ke Sukamade, untuk menyaksikan penyu bertelur. Ya, Sukamade, yang berjarak 11 km lagi dari Green Bay memang adalah tujuan para turis, karena ada fasilitas penangkaran penyu disitu. Namun jalan menuju Sukamade cukup jelek dan juga harus menyeberangi sungai selebar 75 meter. Pada saat musim kering seperti sekarang ini, tinggi air sungai berkisar 30-40 cm. namun bila musim hujan dapat mencapai 1 meter. Sehingga mobil2 yang 4 WD saja yang direkomendasikan bila hendak ke Sukamade.
Lunch time

Selesai menyantap makan siang di warung itu saya sempat meluangkan waktu untuk berbincang sejenak dengan teman2 rombongan dari Surabaya. Mereka menanyakan tujuan saya selanjutnya. Dan setelah saya sebutkan : Pulau Merah, mereka bilang sampai jumpa disana pak.

Matahari semakin condong seiring dengan melajunya saya ke arah Pulau Merah. Sekitar 2 km sebelum lokasi ada perbaikan jembatan , yang mengharuskan saya masuk ke kebun pisang warga setempat guna motong jalan. Sekitar pukul 16.15 saya tiba di lokasi pantai Pulau Merah.

Merapat di Pulau Merah
Pantai Pulau Merah ini terletak 78 km dari Banyuwangi dan mempunyai ciri khusus yaitu ada sebuah pulau berbentuk bukit pas diseberang pantai ini dan konon dulunya berwarna merah. Secara umum Pulau Merah ini mirip dengan suasana di Kuta, Bali . Hanya saja tidak seramai Kuta, tapi sarana jajanan cukup lengkap. Tapi sayang nya sore itu saya tidak berhasil mendapatkan sunset, karena tertutup awan.
The shy sunset

Pulau Merah

Nice beach

Karena melihat kondisi cuaca yang tidak memungkinkan untuk melihat sunset , maka segera saya pacu Scorpy ke arah Ketapang. Tiba di Benculuk, hari mulai gelap dan karena lapar sudah tidak tertahankan, saya berhenti untuk makan malam pada sebuah rumah makan yang menjual ayam goreng.


Setelah beristirahat seusai makan , saya lanjutkan perjalanan. Memasuki kota Srono ,saya tertahan oleh pawai dan gerak jalan dlam rangka peringatan HUT RI ke 69 yang diselenggarakan oleh Kabupaten Banyuwangi. Saya kira hanya pendek saja pawai nya. Ternyata panjang sekali sampai ke Banyuwangi. Pas lah dengan tema gerak jalan 45 km. Cukup melelahkan mengalami macetdengan stop n go riding sepanjang 45 km.

Tidak kurang 2 jam saya lewatkan dengan bermacet ria, penuh hiruk pikuk sorak. lagu2 house music yang diputar dari kendaraan pawai yang menambah kelelahan. Tiba di Ketapang, sudah pukul 22.00 dan langsung saya masuk ke ferry.

Penyeberangan sangat lancar, pukul 24.00 saya mendarat di Gilimanuk dan langsung memacu Scorpy ke Denpasar. Rasa kantuk berat mulai menggelayuti, karena praktis saya sudah jalan hampir 24 jam. Beruntung , lepas Negara, tiba2 ada motor yang memberi klakson. Ternyata mekanik saya sdr Puguh, baru pulang dari Banyuwangi. Saya pun menambah kecepatan dan ditempel rapat oleh  sdr.Puguh dengan New Jupiter MX nya.

Tidak terasa pukul 02,30 saya tiba dikediaman, tidak kurang suatu apapun. Hanya bayang2 pantai indah uyang tersisa. CU Banyuwangi ...