Pada kesempatan long weekend
16 -19 May 2012 yang lalu saya berkesempatan untuk solo-riding ke Sape
(ujung paling timur pulau Sumbawa).Total jarak tempuh pp dari Denpasar
adalah 1.117 km. Start Rabu sore pukul 16.00,sepulang kantor, saya
langsung memacu Suzuki Skywave kesayangan ke pelabuhan Padang Bai,yang
berjarak kurang lebih 45 km dari Denpasar.
Tiba di Padang Bai pukul 17.00 WITA,
Setelah membayar tiket penyeberangan Rp.101.000, motor langsung
diarahkan oleh petugas ferry masuk kedalam ferry yang sudah standby.Setelah
menunggu sekitar 1 jam,pukul 16.00 ,ferry berangkat menuju Pelabuhan
Lembar di Lombok.Di ferry ada ruang lesehan dengan fasilitas kasur,AC
,TV.Hanya dengan membayar Rp.30.000 ,saya manfaatkan waktu yang berharga
selama penyebrangan ini untuk tidur, guna recovery stamina untuk perjalanan panjang menuju Sape.
Tidak terasa sudah 4 jam ferry berlayar menyeberangi Selat Lombok,ketika sandar dipelabuhan Lembar.Tidak menunggu terlalu lama,
saya berhasil keluar dari ferry dan mencari warung nasi terdekat
dilingkungan pelabuhan Lembar,sehubungan dengan mendesaknya kebutuhan
asupan makanan diperut.Jam menunjukkan pukul 22.00 WITA,langsung saya santap
nasi campur dengan lauk udang goreng + sayur seharga Rp,12.000 termasuk
teh manis hangat.
Selesai makan,langsung tancap gas menuju checkpoint
berikut,yaitu pelabuhan Kayangan dengan jarak 93 km melalui main road
di Lombok Tengah.Memasuki kota Cakranegara, saya berhenti di Alfa Maret
untuk membeli perbekalan dijalan,berupa biskuit dan Porcari.Karena di
Sumbawa akan sulit mencari tempat jual groceries seperti Alfamart atau
Indomaret. Setelah ber-basa basi dengan petugas parkir,yang banyak
bertanya tentang spek motor Suzuki
yang saya kendarai,langsung buka gas lagi menuju pelabuhan
Kayangan.Pada kira2 20 km sebelum Kayangan saya sempatkan untuk
refueling.Jalan sangat sepi malam itu,sehingga pukul 23.30 saya tiba di
pelabuhan Kayangan.Langsung membeli tiket penyeberangan seharga
Rp,50.000 dan masuk waiting area
depan Dermaga 2 nya.Frekwensi ferry ke Poto Tano ( Sumbawa) adalah 24
jam. Sempat ada keraguan,apakah saya tunggu sampai terang,baru crossing
atau langsung crossing dan tunggu terang diseberang.Karena saya belum
pernah melewati rute Poto Tano -Sumbawa Besar - Dompu_Bima -Sape itu.
Untungnya saya bertemu dengan seorang
rider asal Taliwang,yang baru menyelesaikan Strata S-2 di Mataram yang
akan pulang mudik ke Taliwang (Sumbawa Barat).Dia bilang.untuk rute
sampai kota Sumbawa Besar,aman walaupun gelap juga.
Saya putuskan untuk tetap langsung
menyeberang dengan target tiba di Bima,Kamis, 17 May jam 17.00 sore.
Setelah berlayar 2 jam,ferry pun merapat tepat jam 2.00 dinihari di
pelabuhan Poto Tano.Motor langsung saya pacu ke arah kota Sumbawa Besar.
Sekitar 2 km dari pelabuhan,jalan mulai gelap pekat,tanpa ada
penerangan lampu jalan ataupun rumah penduduk sekitar.Dalam kondisi
gelap,tanpa ada satupun kendaraan, jam 2.30 motor Suzuki Skywave saya
tetap konsisten melaju dengan speed 60 km/jam sambil berakrobat
menghindari aspal berlobang sampai di Desa Alas, yang satu2nya
menyediakan pom bensin 24 jam.Melihat posisi bensin saya masih 1/2,pom
bensin pun saya tinggalkan menuju kegelapan malam.Mata saya hanya fokus
kedepan,waspada jika tiba2 ada hewan liar yang menyeberang.Berjalan
sekitar 25 km ,tanpa ada satupun kendaraan pada pukul 3.00 pagi didaerah
yang belum pernah saya lewati,sungguh menantang. Rasa was-was, tentu
saja ada,
namun tentunya harus dapat saya
tepiskan,krn saya tidak boleh mem-buang2 waktu jika ingin tiba on-time
di Bima.Sekitar pukul 4.00 pagi,saya tiba di Kecamatan Buer dan langsung
menepi disebuah Kantor Polisi , untuk beristirahat.Mata saya sudah tidak
bisa diajak kompromi, Setelah minta ijin kepada petugas piket,saya
bersandar di motor dan tertidur.Kurang lebih satu jam saya terbangun dan
langsung melanjutkan perjalanan menuju kota Sumbawa Besar.Dengan
kondisi bensin yang sudah kritis saya masuk kota Sumbawa Besar pada
pukul 6.00,dan langsung mencari tempat sarapan.Ketemu warung menjual
nasi kuning + empal daging.Puas dengan sarapan yang lumayan enak itu,sy
dikejutkan dengan serombongan orang datang utk sarapan.Ada kira2 sekitar
10 orangnya dan semuanya berbahasa Sunda sambil bercanda.Iyeu mah asa
ti Kircon - Bandung wae.euy :) Sepertinya mereka pekerja kontraktor yang
hanya temporer kerja di Kota Sumbawa Besar.
Setelah beristirahat dan sarapan sekitar
1 jam,perjalanan saya lanjutkan keluar kota Sumbawa Besar melewati desa
Seroding-Lobok sampai di Kecamatan Lape.Jalanan full hotmix yang baru
selesai diaspal karena bertepatan dengan Visit Lombok - Sumbawa 2012 yang
peresmian nya dilakukan langsung oleh bapak Presiden SBY pada tanggal
18-19 Juni 2012 di Mataram. Pada saat beristirahat,minum dipinggir
jalan didesa Lengam,sebelum kota Lape melesat kencang sebuah motor
adventure dengan kecepatan diatas 100 km. (belakangan saya tau,itu
Josef,adventurer dari Frankfurt yang memacu motor KTM 990 Adventure).
Semakin siang matahari semakin menyengat
dan gersangnya khas Indonesia Timur semakin kental membakar tubuh.
Jalanan menjelang kota Lape,banyak lurus2 nya dan kiri kanan ditumbuhi
belukar2 yang jarang2.Dapat dbayangkan bila kita malam hari melewati
daerah ini,pasti aura mistis akan sedikit menyelimuti perasaan.
Lanjut dari kota Kecamatan Lape melewati
desa Maronga - Jompong dan tiba di kota Plampang,Ada pom bensin dikota
ini,tapi saya skip karena posisi bensin di motor saya masih setengah
lebih. Setelah melewati kota Plampang jalanan mulai mendekati jalur
pantai.Sekitar 20 km tibalah saya di desa Teluk Santong yang berada
tepat dipesisir pantai dengan pemandangan yang exotis. Setelah
mengabadikan pemandangan di desa Teluk Santong ini, Skywave saya gas
lagi menuju kota Empang.Sepanjang perjalanan banyak terlihat penduduk
tengah menggembalakan ternak mereka berupa sapi dan
kambing.Sehingga,saya ingatkan agar lebih waspada terhadap kambing2
penduduk yang sering menyeberang jalan. Kota Empang hanyalah sebuah kota
kecil yang hanya selewatan aja,sudah hilang dari pandangan mata.
Jalanan kembali menepi sejajar pesisir
pantai melewati desa Labuan Haji,Labuhan Jambu hingga desa Kwangko.Di
desa Kwangko saya temukan sebuah mesjid kecil dan langsung saya "mark"
di GPS saya guna keperluan sholat Jum'at pada keesokan hari nya.
Dari desa Kwangko jalanan menyusur
pantai terus diseling masuk sela2 perbukitan dengan kondisi jalan yang
full hotmix yang baru saja selesai dikerjakan sehingga marka jalan nya
belum ada. Saya coba mark di GPS tempat start view yang bagus dengan
aspal sampai berakhirnya jalan aspal hotmix dan berganti aspal kelas
kabupaten, ada sepanjang 46 km jalanan hotmix nya. Jauh lebih keren dari
view di Senggigi yang hanya sekitar 25 km sampai Pemenang. Dibawah ini
adalah sedikit foto2 yang mungkin dapat bercerita tentang keindahan trek
yang saya maksudkan.
Perjalanan saya lanjutkan terus dengan
melipir pantai melewati desa Banggo hingga tba disebuah T junction yang
cukup besar.Kekiri kearah desa Calabai dan Gunung Tambora kekanan ke
Dompu.Tidak jauh dari T junction itu ada sebuah RM Padang dan langsung
saya parkir motor untuk santap siang.Lumayan menguras tenaga karena
sebelum desa Kwangko tadi ada beberapa ruas jalan yang masih dalam
perbaikan,sekitar 5 km an dengan kondisi batu kerikil lepas.Berkat ban
Maxxis yang handal pada roda depan dan belakang Skywave saya, kendala2
itu dengan mudah dilewati.Thanks utk bro Aldrin dan Toko - Rumah Ban -
Jakarta yang sdh merekomendasikan dan men-supply ban tersebut. Singkat
kata, sepiring nasi + ayam gulai kandas sudah dan lanjut dengan
common-conversation : "tambuah -da",yang berarti ada pasokan nasi lagi
pada piring kedua.
Perut kenyang, tidak ber-lama2 di RM
Padang itu,motor saya gas lagi menuju Dompu.Hanya sekitar 30 km , Dompu
sudah didepan mata.Sebagai ibukota Kabupaten, kota Dompu lumayan ramai
siang itu.Ada sebuah jembatan besar yang rusak ditengah kota Dompu,yang
memaksa saya untuk mengambil jalan memutar untuk keluar dari Dompu.
Selepas Dompu, adrenalin saya terpacu
oleh bentuk dan kontur jalan twisty , lebar , mulus serta sepi sepanjang
20 km melewati desa Saka,Katua ,Monggo,Sila hingga masuk perbatasan kota
Bima berupa sebuah teluk didesa Doru. Pemandangan indah di teluk ini
agak sedikit terganggu oleh "sudden-summer-rain" alias hujan panas yang
datang tiba2.Hanya sekejap,cuaca berganti cerah lagi seperti pada foto
ini.
Perjalanan saya lanjutkan hingga masuk
kota Bima. Ternyata saya lebih cepat 2 jam dari jadwal masuk Bima.Saya
tiba di Bima pukul 15.00 yang seharusnya masuk jam
17.00.Sehingga,tadinya rute ke Sape akan saya jalani kesokan pagi jadi
langsung saja akan saya tuntaskan hari ini juga.Di Bima, ketika sedang
mengambil foto2 ,saya dihampiri oleh sebuah motor Pulsar 220, ber nomer
plat B,yang segera memperkenalkan dirinya sebagai bro Aan dari
Jatiwaringin - Kalimalang yang merupakan putra Sape asli.Dia menawarkan
untuk stay dirumahnya di Sape,tapi saya tolak secara halus dengan dalih
masih mau liat2 kota Bima dulu.Setelah berpisah dengan bro Aan,motor
lasngsung saya arahkan ke kota Sape,dengan mengikuti petunjuk di GPS
Super Spring made in Cungkuok dimotor saya.Namun navigational map nya
cukup presisi.
Menurut GPS, pelabuhan Sape masih 53 km
dari Bima.Tidak membuang waktu, dalam sekejap saya sudah berada pada
jalan twisty yang lebar pas keluar kota Bima menuju Sape.Sore yang
cerah,jalan yang lebar dimana dipinggir jalan banyak kawanan monyet2
tengah mencari makanan2 sisa.Gas punya gas,langkah saya terhenti pada 8
km menjelang kota Sape karena ada alat berat tengah membersihkan
longsoran tebing yang menutupi jalan.Kira2 30 menit,pekerjaan alat berat
selesai, Skywave kembali saya pacu pada kontur jalan berliku dan
didominasi oleh downhill menuju Sape.
Lepas dari tanah longsor itu, motor
semakin kencang saya pacu,seolah tidak sabar mencapai kota Sape yang
merupakan final destination dalam trip saya kali ini. Matahari masih
bersinar terang ketika saya memasuki areal pelabuhan Sape. Saya langsung
melihat ada sebuah motor adventure terparkir disana.Dengan tdk membuang
waktu saya berkenalan dengan pemiliknya yang bernama Josef dari
Frankffurt.Ini dia rupanya motor yang melaju kencang saat saya
beristirahat tadi.Josef seorang aircraft technician di Frankfurt yang
rela meninggalkan pekerjaan dan menjual sebagian harta nya berupa mobil
dan simpanan tabungan nya guna berkeliling dunia.Dia sudah berjalan
120,000 km dari kampungnya dengan melewati 22 negara dengan mengendarai
KTM 990 - Dakkar version thn 2005 yang dirubahnya menjadi versi
adventure.Dia beli motor itu seken seharga USD 6.000.
Josef akan mengakhiri perjalanan nya di
Perth,Australia setelah menuntaskan perjalanan di Flores dan Timor.
Singkat kata,waktu berangsur mendekati magrib dan kamipun berpisah.Dia
menunggu ferry jam 20.00 ke Labuan Bajo (Flores) dan saya pun jalan
menuju Bima.Setelah mengisi bensin dekat pelabuhan Sape, saya menuju
kota Sape untuk membeli softdrinks.Lepas azan magrib berkumandang, saya
langsung tancap gas menuju Bima.Karena jalan balik ke Bima sama dengan
jalan perginya, tanpa terasa saya sudah masuk ke kota Bima. Tujuan utama
mengisi perut dan mencari tempat penginapan.Hotel Marina,terlihat
menarik dari luar karena memang hotel baru dikota Bima.Setelah masuk dan
menanyakan tarif di resepsionis, ternyata standard room nya Rp, 358.000
yang merupakan tarip promo. Wah, gak cocok dengan budget saya. Kemudian
saya ber-putar3 di downtown kota Bima, hingga pada akhirnya ada dua
orang anak muda yang datang menghampiri,dengan mengendarai Honda Vario
125 i. Dengan sopan dia menanyakan tujuan saya dan mereka memberikan
referensi sebuah hotel yang ekonomis. "motor nya bagus oom" seraya
menunjuk ke velg/ban motor saya. Dengan tersenyum, saya tinggalkan
mereka untuk segera mencari rumah makan terdekat.Akhirnya ketemu RM
Padang dan dengan lahap saya santap rendang + sayur.Karena badan mulai
terasa capek, tadinya niatan saya mau city tour lagi saya batalkan.
Tidak lamam saya tiba disebuah hotel, Hotel Lambitu ,yang menurut
saya,tarifnya bakalan cocok dengan budget saya. Parkiran motor nya pun
aman, karena masuk dalam ruangan yang tertutup pagar.Setelah mendapatkan
keterangan, tarifnya Rp.175.000 + PPN ,twin bed + AC including
breakfast,langsung saya check-in. Malam itu saya dapat benar2 melepas
penat dengan mandi dan tidur diruangan ber AC, yang mana tidak pernah
saya nikmati bila trip Denpasar - Jakarta.Karena saya biasa jalan
non-stop siang-malam.
Pukul 6.30 pagi keesokan harinya, yaitu
hari Jum'at tanggal 18 Mei 2011, saya langsung sarapan dihotel dan
bersiap untuk menuntaskan rute Bima - Kayangan (Lombok).Pagi itu cuaca
cerah dan saya berangkat dengan kondisi 100 persen fit.
Setelah mengisi bensin di dalam kota
Bima serta mengecheck tekanan angin ban Skywave saya, langsung saya
mengarah ke kota Dompu ,dengan estimasi sejam perjalanan. Kondisi jalan
pagi itu cukup lengang sehingga dengan mudah saya mencapai kota Dompu,
setelah menikmati jalan berkelok.Tiba di kota Dompu saya disambut oleh
sebuah razia besar Polantas setempat.Setelah mengecheck SIM + STNK,pak
polisi langsung mempersilahkan saya untuk melanjutkan perjalanan.
Menjelang keluar kota Dompu, saya tiba kembali disebuah jembatan besar
yang masih perbaikan,Pada saat pergi saya ambil jalan memutar utk
menghindari jembatan rusak itu.Saat balik sy coba shortcut dan ketemu
jembatan rusak itu. Ternyata disamping jembatan rusak itu,dibangun
penduduk setempat jembatan bambu kecil,yang lebarnya 3 batang bambu
,sepanjang sisi jembatan rusak yairu sekitar 50 meter dengan hanya ada
pegangan disatu sisi jembatan darurat itu.Saya liat kebawah, jauh juga
kali nya,ada sekitar 20 meter-an.Langsung saya diserbu beberapa remaja
tanggung yang menawarkan utk membawa motor keseberang.Setelah melihat
semua motor yang lewat itu,diseberangkan oleh pemuda2 setempat,sy
serahkan motor keseorang anak mudamyang menurut taksiran saya masih
kelas 2 SMP. Saya berjalan duluan dan dengan lincah dia mengendarai
motor saya itu dijembatan darurat yang lebarnya hanya 3 batang bambu
kecil.Setengah berakrobat dia tiba pas dibelakang saya yang tida duluan
diseberang.Dua lembar uang lima ribuan saya selipkan di kantong nya.
Dengan mengucap terima kasih, dia berlari keseberang untuk mencari
"pasien" berikut nya. Dalam hati saya, kalo saya nekat mengendarai motor
dengan menyeberangi jembatan darurat itu ada 2 aspek negatif nya.Kesatu
tindakan itu tidak akan disukai pemuda setempat, karena itu penghasilan
tambahan mereka dan kedua, kalo saya apesm kecebur kali, gak pulang
saya jadinya ke Denpasar.Sebelum keluar kota Dompu, saya sempatkan untuk
berkeliling kota sebentar.
Tak lama, kota Dompu sudah tidak
terlihat dibelakang saya dan motor saya pacu ke arah kota Sumbawa Besar
,dengan planning sholat Jum'at di masjid kecil do desa Labuhan Haji yang
sudah saya "marked " di GPS saya. Sehingga saya mudah menghitung ETA
time nya di masjid itu. Pukul 11.45 WITA sy tiba di masjid yang saya
tuju,untuk menunaikan sholat Jum'at.
Sungguh sebuah kesan yang berbeda pada
saat sholat Jum'at pada sebuah masjid kecil, yang persis terletak ditepi
pantai.Jama'ah nya pun tidak banyak.Selesai Jum'atan motor kembali saya
pacu ke arah kota Sumbawa besar.Tepat dikota Empang ,lapar sudah tidak
tertahan dan langsung saya makan siang seadanya disebuah warung.Lanjut
jalan kearah kota Plampang dengan melalui beberapa ruas jalan yang rusak
dan berdebu serta luar biasa gersangnya.
Tidak jauh setelah melewati desa Lape
,tiba2 baut bracket box saya patah satu tepat pada lintasan yang
sepi,tanpa ada rumah penduduk, apalagi bengkel.Setelah mempelajari
bentuk patah bautnya, tidak mungkin saya ganti dengan baut spare yang
saya bawa, karena patah didalam sasis motor.Terpaksa saya ambil langkah
emergency dengan mengikat bracket box ke footstep dengan menggunakan
sabuk saya. Lumayan kuat sampai menuju bengkel dikota Sumbawa Besar lah,
pikiran saya.
Tak lama,pada sekitar pukul 16.00 saya
memasuki kota Sumbawa Besar.Setelah ditolak beberapa bengkel yang tidak
menyanggupi perbaikan nya,dengan alasan sudah sore, akhirnya ada 1
bengkel yang menyanggupi dan cukup rapi pengerjaan nya,Hanya dikenakan
Rp,20,000,saking senangnya saya tambahkan lagi Rp,20.000 untuk tip
mekanik.
Waktu telah menunjukkan pukul 17.30 WITA
di Sumbawa Besar,selepas dari bengkel saya parkir motor di sebuah
warung bakso untuk recover stamina
dengan makan bakso + jus melon. Lepas azan magrib, motor langsung saya
pacu ke arah pelabuhan Poto Tano dengan jarak 93 km. Jalanan cukup gelap
tapi berhubung belum larut malam, traffic kendaraan lumayan
banyak.Sekitar pukul 19.00 an saya memasuki desa Alas, dan parkir
dipasar nya untuk bersantap malam,Sebuah gerobak berjualan nasgor yang
menjadi pilihan saya malam itu.Enak nasi gorengnya disertai dendeng
daging, agak unik juga.
Nikmat cita rasa nasi goreng dendeng
sapi ala Sumbawa ini.Masih ada jarak sekitar 25 km lagi menuju pelabuhan
Poto Tano yang harus saya tuntaskan.Sebelum keburu mengantuk karena
kekenyangan, motor saya pacu motor membelah aspal basah bekas hujan
lebat beberapa jam yang lalu menuju Poto Tano. Tak lama gerbang
pelabuhan Poto Tano sudah nampak didepan mata.
Berarti sudah 347 km jarak dari Bima
yang saya tuntaskan hari ini,melewati jalan yang mixed-up antara hot mix
dan gravel.Setelah membayar tiket ferry Rp,50.000 sy langsung masuk ke
ferry dan mencari posisi tempat duduk yang nyaman buat tidur.Lumayan
sekitar 1,5 jam an juga.Zzzzzzzz...
Sekitar 1,5 jam kemudian, ferry sudah
merapat di Pelabuhan Kayangan dan saya langsung turun untuk mencari
tempat beristirahat menunggu pagi. Saya berhenti di warung kopi dekat
pelabuhan Kayangan dan ngobrol dengan beberapa orang yang sedang ngopi.
Dari mereka saya mendapatkan informasi bahwa jalur Lombok Timur menuju
Lombok Utara memang cukup rawan bila ditempuh pada malam hari.Mereka
menyarankan kepada saya utk beristirahat pada sebuah losmen terdekat.
Saya langsung menuju tempat yang dimaksud, adalah Losmen 53 dengan tarip
Rp.70.000 per malam dengan fasilitas kamar mandi diluar dan tanpa
AC.Lumayanlah buat saya melepas lelah malam ini. Yang paling penting,
posisi parkir motor sangat aman, karena dimasukkan kedalam ruang tamu
losmen.
Malam itu saya dapat beristirahat dengan
cukup nyaman,untuk mengumpulkan sisa tenaga untuk menyelesaikan Day 3
dari trip saya ini.Keesokan pagi, Sabtu tanggal 19 Mei
,tepat pukul 08.00, setelah sarapan soto ayam disamping Losmen, motor
saya arahkan ke Lombok Timur,menuju desa Sambelia dengan menyusuri
pantai timur Lombok. Pemandangan cukup indah,namun ada jembatan rusak
yang mengharuskan kendaraan bergantian lewatnya.
Pemandangan yang indah dipesisir timur
Lombok sungguh menakjubkan dan secara spontan saya mengucap syukur
didalam hati atas kebesaran Sang Pencipta Semesta Alam.
Perjalanan mulai memasuki arah pantai
utara Lombok,dimana tidak terdapat satupun pom bensin , sehingga memaksa
saya untuk membeli bensin secara eceran dengan harga relatif tidak
mahal,Rp.5.000/ liter.
Menginjak pantai utara Lombok,pemandangan masih didominasi oleh pohon2 kelapa dan laut lepas.
Kira2 pukul 13-00 saya tiba
diperempatan desa Pemenang, yang jalan menuju desa Bangsal tempat
crossing ke Gili Trawangan.Dipasar Pemenang saya makan siang disebuah
rumah makan yang menghidangkan ayam Taliwang.Selesai makan sebelum
keburu mengantuk langsung saya gas motor ke arah pantai Senggigi yang
indah itu.Ini sudah kesekian kalinya saya melewati pantai Malimbu hingga
Sengigi namun tidak pernah ada rasa bosan,karena terbius oleh keindahan
pemandangan nya.
Saat itu mendung di spot Malimbu Beach, hanya saya tetap usahakan untuk mengambil foto,karena memang sayang untuk dilewatkan.
Dari Senggigi saya langsung lanjut ke
arah pelabuhan Lembar dengan melewati kota Mataram dan Cakranegara.Tiba
di pelabuhan lembar jam 14.00 langsung beli tiket ferry untuk
menyeberang kembali ke pelabuhan Padang Bai.Ferry berangkat sekitar jam
15.00 dan saya habiskan waktu untuk tidur di ferry. Sekitar 4 jam
perjalanan saya tiba di Pelabuhan Padang Bai dan bergegas turun.Pada
pemeriksaan surat2 kendaraan di pintu keluar pelabuhan saya dikejutkan
dengan sapaan " sabaraha poe pak dijalan ?" saya menoleh,dan ternyata
itu seorang serse lengkap dengan senjata laras panjang yang menegor
saya.Ternyata dia orang Sunda yang melihat tempat lahir saya Bogor di
SIM, langsung open conversation in Sunda teaa...Haha..asa ti Ciwidey
yeuh :) Cukup lama dia bertanya dengan raut muka yang hampir tidak
percaya bahwa saya sudah riding dari Jakarta sampai Bima.Setelah selesai
ngobrol2 ama pak serse Sunda tea, saya langsung menepi mencari makanan
untuk pengisi perut makan malam.
Setelah selesai makan ayam goreng
diwarung tenda yang ada di Padang Bai,sisa perjalanan menuju Denpasar
saya tempuh dengan santai sekali.Kira2 sejam, tibalah saya dengan selamat
dirumah.Selesai sudah perjalanan panjang dengan jarak 1.117 km dan
penuh kenangan manis itu. Next trip saya akan mencoba menjelajah pulau
garam,Madura sebelum pulang ke Jakarta.