Pada awalnya kesempatan day-off dan cuti bulan December ini akan saya
pergunakan untuk riding ke pulau Sumba. Namun dengan kondisi cuaca yang
sudah memasuki musim hujan dan jadwal ferry yang hanya tersedia 2 kali
dalam seminggu yang rawan akan penundaan jadwal karena musim hujan
sehingga saya mengalihkan destinasi ke pulau Flores lagi tujuan utama
adalah Taman Nasional Kelimutu yang memang belum sempat saya kunjungi
saat ke Larantuka tahun lalu.Adapun untuk jarak tempuh trip ini adalah
1.900 an km..Dengan waktu start Senin tanggal 16 December 2013 dan
finish di Denpasar lagi tanggal 21 December 2013.
Peta Bali,Lombok,NTB,NTT
Taman Nasional Kelimutu terletak di Flores, Indonesia. Taman nasional ini terdiri dari bukit-bukit dan gunung-gunung dengan Gunung Kelibara (1.731 m) sebagai puncak tertinggi. Gunung Kelimutu, terdapat danau Danau tiga warna yang juga merupakan tempat dari Taman Nasional Kelimutu.
Di dalam Taman Nasional Kelimutu, terdapat arboretum, hutan kecil seluas 4,5 hektar yang mewakili koleksi keanekaragaman flora di daerah tersebut. Di sana terdapat 78 jenis pohon yang dikelompokkan ke dalam 36 suku. Beberapa koleksi flora yang merupakan endemik Kelimutu adalah uta onga (Begonia kelimutuensis), turuwara (Rhododendron renschianum), dan arngoni (Vaccinium varingiaefolium).
Argoni yang berbunga kecil putih dan akan berubah menjadi hitam ketika
matang, diyakini masyarakat setempat sebagai makanan para dewa.
|
Bro Yudie dikawal 3 personil VOID tiba di Denpasar |
Persiapan saya untuk menempuh trip ke Kelimutu ini tidak begitu banyak, hanya service biasa dan guna mengantisipasi medan yang kasar,sepasang box Givi E33 saya lengserkan dan berganti dengan pannier alumunium ukuran 30 liter buatan bro Alfian dari Malang.Pada H-1,pannier langsung dibawa by hand carried oleh bro Alfian guna langsung di-installed di Scorpy. Alasan pemilihan pannier ini, karena memang bahan dasarnya lebih kuat,dengan memakai plat almu 3 mm.
Fitting pannier |
Ditengah lebatnya hujan yang mengguyur Denpasar motor kami pacu ke arah Padang Bai dengan menyempatkan untuk berhenti sejenak di daerah Ketewel untuk makan malam pada RM Padang.Tidak lama kemudian, kamipun tiba di pelabuhan Padang Bai dan saya langsung membeli tiket ferry seharga Rp.112.000. Namun berbeda dengan partner saya, Yudie yang digiring ke loket berbeda, yang belakangan saya ketahui karena untuk motor yang diatas 500 cc tarip ferry nya berbeda yaitu hampir 2 kali lipat. Big bike ..big expenses ..ha ha ha
Singkat kata, kedua motor kami sudah terparkir rapi dalam perut ferry dan kami naik ke deck penumpang.Karena ingin mengefisienkan waktu istirahat, maka kami menyewa kasur extra utk tiduran seharga Rp.35.000/ea dan waktu penyeberangan sekitar 5 jam itu kami pergunakan sebaik-baiknya untuk tidur.
Diatas ferry Pd.Bai - Lembar |
Sekitar pukul 03.00 Selasa dinihari, ferry merapat dipelabuhan Lembar dan kami langsung gas ke arah pelabuhan Kayangan dengan berjarak 93 km diujung timur Lombok. Memasuki desa Sukit ,sebelum Masbagik , azan subuh berkumandang dan kamipun menepi ke sebuah masjid guna menunaikan sholat subuh.
Selesai subuh perjalanan kami lanjutkan ke sisa rute menuju pelabuhan Kayangan untuk menyeberang ke Poto Tano. Tiket penyeberangan seharga Rp.53.000 ternyata berlaku sama dengan tiket nya Yudie, karena kebetulan petugas disana tidak mengecheck kendaraan Yudie.Lumayan lah..he he he..
Tidak sampai 2 jam,Selasa tanggal 17 December pagi pukul 08,30 kami sudah merapat dipelabuhan Poto Tano dan langsung mampir ke warung di pelabuhan guna mengisi perbekalan air minum yang sangat dibutuhkan guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya dehidrasi oleh karena sengatan panas nya mentari di bumi Sumbawa.
Poto Tano didepan mata |
Setelah selesai dengan persiapan perbekalan minum, kamipun meninggalkan Poto Tano dibawah cuaca pagi yang tidak langsung terik itu..Kira2 baru jalan 30 menit , hujan mulai gerimis dan berangsur lebat membasahi bumi dan memaksa kali untuk menepi di sebuah SPBU di kota Alas yang berjarak 18 km dari Poto Tano. Kesempatan ini kami pergunakan untuk menyiapkan rain-gear dan sekedar "ritual WC" dipagi hari di SPBU tersebut.
Morning break di SPBU Alas |
Sejenak kemudian perjalanan kami lanjutkan menuju arah kota Sumbawa Besar dengan sangat ber-hati2 karena jalan yang licin yang terdiri dari aspal tambal sulam.Kondisi aspal seperti ini sangat terasa licin pada ban dual purpose langsiran Swallow type SB 117 ini. Proceed with extra precaution adalah sebuah langkah aman buat saya jalankan pada pagi hari itu.
Memasuki kota Sumbawa Besar, hujan telah berhenti dan berganti dengan terik matahari yang mulai menyengat.Kami hentikan langkah sejenak pada sebuah warung kecil, guna mendinginkan suhu tubuh dengan meminum cold isotonic drinks.
Selepas kota Sumbawa Besar cuaca cukup cerah dan cenderung panas yang harus kami lewati.Setelah berjalan 97 km dari kota Sumbawa Besar pada pukul 12,30 kami tiba dikota Empang.Karena perut sudah mulai terasa lapar dan kami pun berhenti pada sebuah warung untuk makan siang.Menu ayam goreng pada siang itu terasa mantap sekali diperut.
Makan siang di Empang |
Berhenti sejenak,utk mengaktipkan video-cam |
Rehat sejenak di SPBU-Banggo |
Basah setelah diguyur hujan lebat |
Dari Bima kami berjalan menempuh jalan berliku sepanjang 49 km, yang pada 15 km terakhir adalah berupa jalan menurun dan twisty. Seolah tidak sabar untuk mencapai Sape secepatnya. pada trek menurun ini kecepatan motor saya tingkatkan secara maksimal. Tanpa terasa jarum kilometer menyentuh angka 100-110 km pada jalanan menurun dan berliku itu ,yang membawa kenikmatan tersendiri bagi saya. hingga akhirnya kami tiba disebuah SPBU di Sape.Moment refueling pun kami pergunakan dengan perhitungan setibanya di Labuan Bajo tidak perlu repot mencari pom bensin lagi. Jam menunjukkan pukul 17.30 saat itu dan Yudie saya liat tengah berbincang dengan seorang local biker yang menggunakan Suzuki Inazuma. Akhirnya kami mendapatkan surprised-news dari beliau, bahwa malam ini ada ferry yang menyeberang ke Labuan Bajo.Senang sekali rasanya hati saya, karena kami tidak perlu lagi overnite di Sape untuk menunggu ferry yang keesokan pagi untuk menuju Labuan Bajo.Rupanya sekarang sudah ada 2 kali sehari pelayanan ferry dari Sape ke Labuan Bajo atau pun sebaliknya.Yaitu setiap pukul 09.00 pagi dan pukul 19.00 malam harinya.
Dari SPBU Sape,langsung kami menuju loket penjualan tiket ferry. Saya membayar Rp.148.000 untuk penyeberangan dan lagi2 Yudie mendapatkan tarif berbeda, yaitu hampir 2 kali lipat..he he..
Langsung saja motor kami masukkan ke ferry dan kamipun langsung menaiki deck penumpang.Penuh sesak dikelas Ekonomi, memaksa kami untuk bergeser ke kelas VIP dengan menambahkan Rp.30.000/orang untuk dapat duduk di ruang ber AC itu. Gak apa2 lah, karena memang kami butuh istirahat yang cukup guna perjalanan sepanjang 445 km lagi dari Labuan Bajo ke desa Moni, dikaki Kelimutu.Setelah menyantap satu2 nya main course yang tersedia di ferry,yatu indomie dikantin,maka kamipun terlelap tidur karena tenaga yang cukup terkuras seharian mulai dari Poto Tano hingga Sape sepanjang 388 km.
Posisi motor dalam ferry Sape - Labuan Bajo |
Labuan Bajo arrival @ 03.00 AM |
Sekitar pukul 06.00 kami tiba di Ruteng dan sempat berputar-putar di pusat kota guna mencari makanan untuk sarapan pada pagi itu. Ternyata belum ada tukang jualan makanan pagi itu di Ruteng. Kami sempat beristirahat pada sebuah SPBU di kota Ruteng itu yang tengah dipenuhi oleh kendaraan yang menunggu buka nya SPBU tersebut.
Beristirahat di SPBU Ruteng |
Sarapan dengan masakan Padang |
Jalan dari Aimere ke Bajawa yang di dominasi oleh tanjakan2 terjal dan dibumbui oleh tikungan2 hairpin yang sangat menguras tenaga guna menempatkan motor pada posisi jalu yang benar dalam setiap keluar dari tikungan.Sungguh jarak yang 37 km tersebut terasa lama dan akhirnya pada pukul 09.30 pagi itu kami memasuki kota Bajawa. Udara sejuk kota Bajawa yang terletak pada dataran tinggi tersebut seolah mengusir panas nya sinar matahari pagi itu.
Disini saya melihat referensi lokasi SPBU, dan memang ada beberapa SPBU terdapat pada GPS saya. Setelah menanyakan kepada penduduk setempat , mengenai kondisi SPBU tersebut saya dapatkan informasi bahwa pagi itu BBM langka sehingga antrean panjang pada setiap SPBU menjelang kota Ende.
Demi efisiensi tenaga agar tidak mengantri pada SPBU tersebut, kami memutuskan untuk membeli bensin secara eceran di Bajawa itu. Penjual bensin eceran yang akrab dipanggil dengan nama mama Elisabeth itu menjual bensin dalam jerigen berisi 7 liter seharga Rp.70.000..Wow..apa boleh buat daripada ngantre.
Mama Elisabeth |
Panas semakin menyengat dan kami semakin dekat kesisi pantai dengan jalan berliku menuju kota Ende. Sekitar 15 km sebelum kota Ende, kami melihat ada spot view pantai yang bagus dan berhenti sejenak untuk sekedar mengambil foto dokumentasi perjalanan.
Tidak tahan berlama-lama dipantai ini karena panas yang sangat terik pada pukul 13.00 siang itu, perjalanan kami lanjutkan ke kota Ende dengan target utama untuk mengisi perut. Untuk kedua kali nya, pilihan tetap jauh ke RM Padang yang pasti cocok selera.
RM Ampera - Ende |
Pilihan kedua adalah, jalan santai langsung ke Moni untuk langsung beristirahat, baru esok subuh naik ke danau Kelimutu untuk melihat sunrise ,yang hanya berjarak 14 km dari Moni, Dan di Moni cukup banyak tercapat homestay untuk menginap. Dan kami pun sepakat untuk mengambil pilihan kedua ini. Setelah mengisi bensin pada SPBU yang ada di kota Ende, ditengah lebat nya hujan motor kami pacu menuju desa Moni. Benar saja , setiba di km 17, longsor parah masih dalam pengerjaan alat2 berat dengat sistem buka-tutup jalan. Beruntung pada saat kami lewat traffic lengang karena hujan lebat. Kira2 seminggu sebelum ini ada berita meyeramkan dilokasi longsor ini ,dimana ada pengendara motor yang nekad jalan walau sudah di stop oleh petugas disana dan saat melintasi lokasi longsor, tiba2 batu besar menggelinding dari atas tebing dan mendorong pengendara motor tersebut hingga masuk kedalam jurang yang puluhan meter dalam nya disisi kanan jalan , hingga pengendara motor tersebut tewas seketika.
Sekitar pukul 16.00 Rabu tanggal 18 December 2013 , kami tiba di desa Moni.Ditengah gerimis hujan akhirnya kami menemukan sebuah homestay dengan harga diskon yaitu Rp.200.000 dari original price nya Rp.300.000. Dan bagus nya lagi homestay Hidayah ini dilengkapi dengan shower dan air panas. Penting ,karena cuaca di Moni cukup dingin yang bila tanpa air panas membuat kita enggan untuk mandi.
Homestay Hidayah - Moni |
Parkir di homestay Hidayah - Moni |
Menu makan malam itu adalah nasi goreng special yang kami pesan di warung yang masih kepunyaan pemilik homestay. Porsi yang besar dan cita rasa lumayan enak membuat rasa kantuk mulai mengganggu. Setelah me-charge semua gadget mulai dari HP, BB dan GPS maka saya pun terlelap, setelah menyetel alarm pukul 03.30.
Seperti biasa, alarm HP menyentak pada pukul 03,30 dengan ringtone "Land of Confusion " nya Genesis saya terbangun dan mempersiapkan diri untuk jalan ke Taman Nasional Kelimutu pada pukul 04,30 guna menyaksikan keindahan sunrise di Kelimutu.
Pukul 04.30 kami telah siap jalan ke Taman Nasional Kelimutu dan meninggalkan barang di homestay karena jatah breakfast baru tersedia paling cepat pukul 06.00. Tanpa sarapan dulu, home stay kami tinggalkan dan mulai mendaki jalan berliku ke area parkiran Taman Nasional. Melewati jalan basah sisa hujan lebat tadi malam dan terdapat genangan2 lumpur, bro Yudie sempat tergelincir pada sebuah kubangan lumpur, Namun untungnya tidak mengalami cedera serius, dan perjalanan lanjut ditengah gelapnya pagi itu.
Setiba di pintu gerbang masuk kami membayar tiket masuk dan sempat ditanya apakah membawa kamera ? Saya mengerti akan pertanyaan itu dan saya jawab hanya kamera yang ada di HP saja.
Tiket masuk TN Kelimutu |
Di kaki anak tangga ke bibir danau |
Waiting for sunrise |
Here come the sun |
Two tones lake |
Spot utk melihat danau ke 3 diatas sana |
Stairway to heaven |
Danau ke 3 masih diselubungi kabut |
Inscribed stone-high on the hill |
Me and the icon of Flores |
On top of Taman Nasional Kelimutu |
Di area puncak ini ada yang berjualan pop mie dan coffee mix yang
lumayan untuk sekedar ganjal perut pagi hari itu. Setelah puas menikmati
keindahan Taman Nasional dari ketinggian, maka kami pun bergerak turun
ke arah parkiran motor untuk pulang ke tempat penginapan.
Berhubung saat perginya masih gelap jadi pas perjalanan pulang belum
lengkap rasanya bila tidak berfoto di pintu masuk Taman Nasional
Kelimutu ini.
Tiba di homestay , kami segera packing barang2 untuk bersiap meninggalkan Moni dan langsung sarapan sehat yang sudah tersedia.
Pancake with assorted fruits |
Selesai sarapan kami berpamitan dengan pemilik homestay dan memacu motor
kearah kota Ende. Suasana pagi itu cukup cerah ,motor saya gas dengan
speed yang konstan antara 60 - 80 km /jam dan tanpa terasa kota Ende
sudah ada didepan mata. Saya menyempatkan untuk mengganti oli Scorpy dan
langsung kami menuju RM Ampera, dimana kami makan siang kemaren.
Setelah makan siang, pada pukul 13.30 Kamis siang itu, tanpa membuang
waktu kami langsung berangkat meninggalkan kota Ende. Sebelum keluar
kota, sempat kami mampir di bekas rumah pengasingan Bung Karno semasa
jaman perjuangan kemerdekaan dulu. Rumah itu telah selesai dipugar namun
sayang nya penjaga nya lagi keluar makan siang, sehingga kami tidak
dapat masuk.
Rumah pengasingan BK di Ende |
I was there |
Selesai sekedar berfoto di situs bersejarah ini, perjalanan kami
lanjutkan menuju kota berikut yaitu Bajawa. Menjelang Detusoko, gerimis
yang semakin lebat mulai mengguyur bumi Flores. Memasuki kota Boawae
hujan lebat sudah tidak tertahan kan sehingga kami berkendara dengan extra precaution.
Menjelang kota Bajawa, kabut tebal dan hujan lebat bercampur menjadi
satu membuat visibility sangat terbatas dan perjalanan lanjut terus ke
kota Aimere, Jarak Bajawa - Aimere yang pada saat perginya kami tempuh
dalam keadaan kering dan cerah ,kali ini dalam perjalanan pulang
kondisinya seakan berbalik 100 %. Cuaca hujan lebat dan berkabut.
Menjelang magrib kami memasuki kota Aimere dan hujan pun tinggal gerimis
ringan.Sempat kami berhenti pada sebuah warung di Aimere untuk sekedar
membeli cemilan dan beristirahat.
Setelah beristirahat sekitar 30 menit perjalanan kami lanjutkan ke arah
kota Ruteng. Cuaca mulai gelap dan hujan gerimis setia menemani.
Sekitar sejam perjalanan kami tiba di kota Borong, dan mampir kembali ke
RM Padang tempat kami sarapan kemaren pagi untuk makan mala, Sebelum
itu kami sempat refueling dulu di SPBU kota Borong ini yang kebetulan sepi malam itu.
Selesai makan malam langsung kami gas lagi menuju Ruteng yang berjarak 41 km dengan jaln sempit yang twisty dan di guyur hujan yang lumayan lebat. Malam semakin gelap dan menjelang Ruteng udara dingin semakin terasa menembus walau sudah badan sudah dilapisi jaket dan jas hujan.
Selesai makan malam langsung kami gas lagi menuju Ruteng yang berjarak 41 km dengan jaln sempit yang twisty dan di guyur hujan yang lumayan lebat. Malam semakin gelap dan menjelang Ruteng udara dingin semakin terasa menembus walau sudah badan sudah dilapisi jaket dan jas hujan.
Menyingkat waktu, langsung kami gas menuju Labuan Bajo dengan jarak 120 km dan stamina yang telah terkuras membuat mata mulai berat dan gerak semakin lamban. Secara bergantian saya dan Yudie mengambil posisi didepan , guna mengatasi rasa kantuk yang semakin berat.
Pukul 23.30 lampu kota Labuan Bajo sudah didepan mata dan kami langsung menuju daerah pelabuhan guna mencicipi ikan bakar dengan bumbu khas Flores yang sangat bercita rasa tinggi itu.
ikan bakar di Labuan Bajo |
Tempat makan seafood di Labuan Bajo |
Bajo Beach Hotel - Labuan Bajo |
Tidak lama, paling hanya sekitar 2,5 jam saya berbaring sudah masuk waktu subuh, Dan setelah merapikan barang, pukul 06.30 kami sudah berada di loket ferry pelabuhan Labuan Bajo. Tidak begitu rame pagi itu dan setelah membayar tiket sebesar Rp,148.000 kami pun memasuk kan motor buru2 ke lambung ferry guna mendapatkan tempat yang strategis untuk melanjutkan porsi tidur yang masih minim tadi malam.
Sesaat sebelum menaiki ferry |
Adios Flores... |
Ferry Lab.Bajo - Sape |
Pantai di Bima |
RM Bundo Kanduang |
Dalam gelapnya malam, kami lanjut lagi dengan tujuan berikut adalah kota Sumbawa Besar dengan jarak 167 km. Perut kenyang dan riding dalam kegelapan malam, musuh utama nya hanya : ngantuk :).Guna mengatasi hal tersebut irama riding saya tingkatkan dengan speed yang lebih tinggi karena jalanan mulus yang sangat mendukung dan traffic yang aman karena sepi. Bergantian kami leading untuk mengusir rasa kantuk yang makin lama makin mengganggu. Sekitar pukul 01.30 kami tiba pada sebuah SPBU di dekat ring road kota Sumbawa Besar yang sering saya gunakan untuk istirahat. Matras saya gelar dan langsung kami tidur sekitar 2 jam an.
Sekitar pukul 03.30 perjalanan kami lanjut kan dengan ber-kali2 berhenti ngopi di warung karena rasa kantuk belum sepenuhnya sirna.
Ngopi mengusir rasa ngantuk |
Masuk Poto Tano |
Pagi yang indah di Poto Tano |
Ngantri masuk ferry ke Kayangan - Lombok |
Selamat tinggal Sumbawa |
Setelah menunggu sekitar satu jam, pukul 10.00 ferry berangkat meninggalkan pelabuhan Lembar menuju Padang Bai - Bali. 4 jam pelayaran terasa lama sekali karena saya sudah tidak sabar untuk tiba di Bali. Untuk beristirahat ? You must be kidding :) Saya masih punya sisa cuti yang akan saya pergunakan untuk melanjutkan perjalanan ke pulau Jawa..he he he
Pukul 14.30 ferry touchdown di Padang Bai dan langsung kami bergegas menuju Denpasar. Yudie ada business appointment malam ini dan saya harus segera mempersiapkan perjalanan saya ke pulau Jawa paling lama 2 hari lagi dari saat finish.
Sabtu tanggal 21 Desember sore pukul 15.30, dengan mengucap syukur alhamdulillah kami tiba dengan selamat di Denpasar. Total jarak tempuh adalah 1.942 km. Dan pannier yang saya gunakan sepanjang jalan itu sangatlah membanggakan. Tidak ada setetes pun air yang masuk /rembes apalagi cracked. Fully recommended lah pokok nya :) . Thanks untuk bro Alfian yang sudah mempersiapkan pannier ini secara maksimal.
Sampai bertemu lagi dengan kisah perjalanan saya untuk menjelajah pulau Jawa dalam waktu 2 hari setelah finish ini.
Tidak ada jarak yang terlalu jauh untuk ditempuh dengan kemauan dan effort yang maksimal.
Bro apa enakny touring kok di geber terus ga brenti2. Santai aja bro, bawa tenda, cari tmpt eksotis bwt nenda. Bnyk obyek yg terlewat tuh desa Waerebo di Ruteng, Desa Bena di Bajawa, Kemah Tabor, Ngada dll. Tipikal banget turis Indonesia. Kejar target foto2 trus pulang.
ReplyDeleteWaktu yang membatasinya,maklum sy cuman pekerja rendahan yang mempunyai stamina berlebih..
ReplyDelete