Nusa Penida adalah sebuah
pulau (=nusa) yang terletak di sebelah tenggara
Bali yang dipisahkan oleh
Selat Badung. Di dekat pulau ini terdapat juga pulau-pulau kecil lainnya yaitu
Nusa Ceningan dan
Nusa Lembongan. Perairan pulau Nusa Penida terkenal dengan kawasan selamnya diantaranya terdapat di
Penida Bay,
Manta Point, Batu Meling, Batu Lumbung, Batu Abah, Toyapakeh dan
Malibu Point.
|
Bali dan Nusa Penida |
|
|
Pulau Nusa Penida |
Setelah berdomisili di Denpasar selama 4 (empat) tahun maka baru kali
inilah saya berkesempatan untuk mengunjungi pulau Nusa Penida. Ada
beberapa cara untuk mencapai pulau yang bersebelahan dengan Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan ini, yaitu dengan cara :
1.Naik speedboat dari Sanur dengan biaya Rp,65.000/trip.Dalam sehari ada beberapa pilihan waktu untuk menyeberang ke Nusa Penida.
|
speedboat |
2.Naik perahu tradisional yang bermesin (jukung) dari Kusamba / Karangasem dengan biaya bervariasi antara Rp.40.000-Rp,60.000
|
Jukung |
3.Naik kapal ferry Roro dari Padang Bai dengan biaya Rp.15.000 .Oleh
karena saya akan membawa motor kesana maka saya memilih moda
transportasi ini dengan tarip berikut motor adalah Rp.37.000 yang mana
paling ekonomis dari semua pilihan.
|
Kapal ferry roro |
Pada hari Sabtu, 14 September 2013 saya start dari Denpasar pukul 10.30
karena menurut informasi pihak ASDP Padang Bai yang saya kontek sehari
sebelumnya, jadwal keberangkatan ferry ke Nusa Penida adalah hanya
sekali sehari yaitu pukul 13.00.
Setelah memuat perlengkapan untuk travelling plus roti secukupnya karena
menurut informasi bila diatas jam 20.00 semua warung tutup disana, saya
pacu Scorpy ke Padang Bai.Pukul 12.30 saya tiba di Padang Bai dan
setelah membayar tiket ferry seharga Rp.37.000 saya masuk ke antrean
ferry. Sembari nunggu saya sempatkan untuk mengisi perut dengan makan
nasi bungkus ala kadarnya yang dijual disitu. Lumayan lah sekedar mengganjal perut siang itu.
|
Antrean ferry di Padang Bai |
|
|
|
|
|
Setelah menanti sekian lama
baru pukul 15.30 ferry muncul dari arah Nusa Penida dan antrean sudah
semakin padat karena sebagian besar orang yang menuju ke Nusa Penida
adalah untuk keperluan sembahyang di pura disana.
|
Warga membawa banten untuk sembahyang |
|
|
|
Antrean padat |
|
|
Akhirnya pada pukul 16,00 ferry bertolak ke Nusa Penida. Ombak agak
besar siang itu membuat ferry hanya dapat melaju 15 km/jam (kecepatan
normal nya 18-20 km/jam) saya lihat di GPS..Setelah berlayar kurang
lebih 90 menit akhirnya ferry merapat di pelabuhan Nusa Penida di kota
Sampalan, ibukota kecamatan Nusa Penida. Saya lihat jam sudah
menunjukkan pukul 17.30 dan otomatis seluruh itenerary saya untuk hari
ini buyar. Time has runnin' out kata Muse,
|
Penumpang padat |
Tanpa membuang waktu, saya segera mengaktifkan GPS dengan Navitel maps yang sangat terpercaya. Saya arahkan tujuan ke Crystal Bay
dengan jarak 16 km dari pelabuhan.Typical jalan yang sempit dan bumpy
di Nusa Penida saya libas dengan speed konstan 80 km/jam untuk mengejar
moment sunset di Crystal Bay.
Setelah melewati Toyapakeh, jalan mulai menanjak dan berliku diselingi
turunan2 tajam. Namun kondisi jalan demikian tidak memperlambat saya
untuk memacu Scorpy.Pada beberapa jalan "crest" mulai terasa beberapa kali ban Scorpy tidak menapak aspal alias small-jump.. Wow..what a ride :)
|
Typical jalan yang sempit |
|
|
Jalan menurun |
|
|
Tak lama kemudian saya tiba di Crystal Bay yang merupakan highlight view
di Nusa Penida. Pantainya tidak seberapa luas namun bersih dan sunset
nya indah sekali. Terlihat beberapa wisatawan mancanegara tengah
menikmati indahnya sunset Sabtu sore itu.
|
Pantai di Crystal Bay
|
|
|
|
"Double" sunset karena pantulan di air
|
|
|
Rasanya ingin untuk ber-lama2 di Crystal Bay namun gelap mulai
menjemput. Suasana berubah menjadi gelap pekat. Segera saya memacu
Scorpy balik kearah kota Sampalan. Jalan sempit dan berliku menuju
Sampalan yang hanya dterangi cahaya lampu motor cukup membuat saya lebih
ber-hati2 dan tentunya kecepatan menurun menjadi hanya 60 km
/jam.Terlebih lagi,aura mistis dipulau ini sangat terasa kental, membuat
saya sangat ber-hati2 dalam masuk keluar tikungan, karena sering
terlihat bayangan2 seolah ada orang akan menyeberang dipinggir jalan,
padahal itu adalah semak belukar yang jauh dari pemukiman.
Singkat kata, saya tiba di Sampalan dan langsung mencari lokasi pasar
senggol yang di ceritakan bapak yang ketemu pada saat akan menyeberang
di Padang Bai tadi siang. Benar aja, pasar senggol itu dipenuhi oleh
pedagang2 warung tenda. Pilihan saya adalah "assorted -rice" alias nasi campur yang dijual oleh seorang ibu asal Jember.
Setelah berbincang dengan ibu warung,saya diarahkan ke homestay pak Ray
yang tepat diseberang lokasi warung senggol untuk overnite. Menurut si
ibu, homestay itu cukup bersih dan langganan orang2 Pemda yang
berkunjung kesana dengan tarif bersahabat yaitu Rp,100.000/malam.
Setelah saya masuk ke halaman homestay itu saya disambut oleh seorang
bapak tua yang menjelaskan bahwa tarif nya adalah Rp.100.000 /malam.
Langsung saya sepakati dan membayar lunas sewa kamar, karena besok pagi
nya saya harus restart pukul 06.00 pagi demi efisiensi waktu dan
mengejar ketertinggalan dari itenerary saya Sabtu itu.
|
Room#4 - Ray;s homestay |
|
|
No AC - only fan |
|
Setelah mandi saya menjalankan ritual "nge-cas" gadget supaya tidak
repot keesokan harinya selama dijalan. Malam itu suasana sepi sekali di
homestay karena dari 15 kamar tersedia hanya 3 kamar yang dihuni.
Selesai sholat Isya saya pasang MP3 saya. Mulai dari lagu Behind the
Lines nya Genesis hingga genre dankdut koplo nya Siti Badriah dengan
hits nya Berondong Tua menemani saya malam itu.Yang tanpa sadar saya
terlelap karena kelelahan.
Tiba2 saya tersentak dari tidur oleh hentakan intro lagu Land of
Confusion nya Genesis dari alarm HP yang saya stel jam 4.15 pagi itu.
Ada cukup waktu persiapan mandi dan sarapan sebelum masuk waktu subuh
pukul 05.00.Tidak ada azan subuh di Sampalan karena masjid terdekat
berjarak 10 km dekat desa Toyapakeh.
Setelah beres semua, tepat pukul 06.00 saya tinggalkan homestay pak Ray
dengan tujuan utama pantai karang Pasih Uwug. Dari beberapa literatur
dari blog yang tersedia di web, hanya menyebutkan lokasinya di Banjar
Sompang tanpa keterangan koordinat lokasi. Sehingga langsung terbayang
bahwa saya bakalan sering bertanya kepada penduduk selain mengandalkan
informasi dari GPS.
Pagi itu Nusa Penida baru saja menggeliat dari tidurnya, di pasar mulai
terlihat warga lalu lalang dan menjelang desa Toyapakeh saya beli Aqua
besar + Porcari Sweat untuk bekal dijalan karena Pasih Uwug memang
merupakan lokasi sangat terpencil yang belum terjangkau oleh pedagang
makanan.
Karena di GPS saya tidak terbaca nama Pasih Uwug, terpaksa saya
mengandalkan informasi dari penduduk untuk menuju lokasi itu. Saya check
di GPS. titik yang disebutkan penduduk adalah sekitar 15 km. Namun
sering saya terkendala bahasa dalam menanyakan informasi detail rute
karena kebanyakan penduduk lokal tidak bisa berbahasa Indonesia
melainkan memakai bahasa Bali. Ken ken ini,tiang kurang paham..kenten :)
Hingga akhirnya tiba saya di desa Bunga Mekar, titik terakhir yang masih
tergambar di GPS. Dari beberapa pemuda yang sedang asyik main bilyard
pagi itu saya dapat informasi rute yang cukup akurat.Mulai dari desa ini
saya membuat waypoint baru di GPS berdasarkan keterangan penduduk ke
lokasi guna menghindari tersesat jalan pulangnya yang akan membuang
waktu, karena saya berkejaran dengan ketatnya waktu jadwal ferry. Saya
sudah harus tiba pukul 11.00 di pelabuhan untuk dapat pulang hari Minggu
ini dengan ferry jam 12.00.
Mulai dari desa ini jalan menyempit dan aspal jalan tidak terlihat
berganti dengan jalan swadaya masyarakat yang beralaskan batu2 cadas
putih yang sudah diratakan.
|
Jalan swadaya masyarakat |
Sekitar 2 km memasuki jalan swadaya ini saya bertemu dengan warga
setempat yang tengah padat karya merapikan jalan.Jumlah mereka cukup
banyak ada sekitar 50 orang. Saya sempat berbincang dengan salah seorang
korlap nya dan mendapat penjelasan bahwa tidak lama lagi, setelah
diratakan dan dilebarkan menjadi 3 meter oleh swadaya penduduk jalanan
akan segera dipoles aspal oleh pemerintah. Semoga ini bukan angin surga,
mengingat potensi pemandangan yang bagus di Pasih Uwug.
Makin lama jalanan makin kecil sampai dekat obyek saya harus menembus semak belukar yang ada jalan setapak nya.
|
Jalan rumput menuju obyek |
|
|
Menembus belukar menuju Pasih Uwug |
Lepas dari belukar saya langsung disambut oleh pemandangan yang luar
biasa indahnya.Terbayar sudah rasa capek guna mencapai lokasi ini,
|
Single track dibibir karang terjal |
|
|
Finally I make it.. |
|
|
Tidak sia-sia rasanya sulitnya perjuangan untuk mencapai tempat ini
karena indahnya view yang terhampar didepan mata.Sayangnya sarana jalan
yang memadai belum tersedia.
|
Turis naik speedboat dari Toyapakeh
|
|
|
|
Pantai karang yang terjal |
|
Best view dan landmarknya Pasih Uwug |
Sekitar 45 menit saya menikmati keindahan alamnya saya memutuskan untuk
segera balik ke pelabuhan karena rintik hujan mulai turun membasahi bumi
dan kebayang licin nya track berbatu yang didominasi tanjakan bila arah
pulang.Beruntung saya sudah melengkapi Scorpy dengan ban Swallow SB117
berprofil kasar yang sedikit banyak akan dapat menjawab tantangan itu.
Memang, tidak semudah yang saya kira karena jalan tanjakan berbatu itu
memerlukan kesabaran tersendiri untuk menaklukkan nya , selain bobot
Scorpy + box cukup berat. Akhirnya saya dapat mencapai "main-road"
aspalnya dengan selamat tanpa tergelincir pada tanjakan tadi.
Setiba dijalur aspal hujan semakin deras dan terpaksa saya mengenakan
jas hujan yang memang selalu saya siapkan di motor. Perjalanan pulang
saya melewati daerah suaka alam khusus untuk burung2 (bird-sanctuary)
guna melindungi habitat species burung langka.
|
Bird sanctuary area |
Tidak selang berapa lama kemudian saya memasuki desa Toyapakeh dengan
cuaca yang cerah.Di desa ini terdapat dermaga speedboat yang dari
Sanur.Cukup ramai turis mancanegara lalulalang disini.Juga tersedia
sewaan motor dengan tarif Rp,50,000 untuk jenis motor matic, Jadi
apabila ingin menggunakan speedboat dari Sanur, tidak usah khawatir
untuk mengelilingi Nusa Penida.
|
Speedboat sandar di Toyapakeh |
|
Sisi barat dermaga Toyapakeh |
|
Setelah memakan beberapa potong roti yang saya bawa dari Denpasar guna
melengkapi sarapan yang tadi pagi hanya teh saja, saya melanjutkan
perjalanan ke arah pelabuhan ferry di Sampalan.Sepanjang perjalanan,
disisi pantai banyak terlihat nelayan yang bertani rumput laut yang
merupakan hasil utama dari pulau Nusa Penida ini.
Langsung setelah itu motor diarahkan untuk line-up pada jalur masuk ke
ferry. Akhirnya pada pukul 13,00 kendaraan dapat memasuki ferry untuk
segera bertolak ke Padang Bai.Beruntung saya dapat tempat duduk pas
pulang itu sehingga dapat tidur walau hanya sekejap. Sekitar 90 menit
perjalanan ferry pun merapat di Padang Bai dan disambut hujan yang
sangat lebat.
Sisa jarak 45 km dari Padang Bai saya tempuh dalam waktu 40 menit karena
sudah tidak sabar ingin segera beristirahat guna persiapan untuk
menonton MotoGP Misano. Pukul 15.30 saya tiba dengan selamat di kediaman
dan langsung beristirahat. Tuntas sudah perjalanan dalam mengexplorasi
pulau Nusa Penida walau dalam waktu yag sangat ketat.One day, I'll be
back to Nusa Penida with more relaxing time...
No comments:
Post a Comment