Friday, January 17, 2014

Trip to Nusa Penida 14-15 September 2013


Nusa Penida adalah sebuah pulau (=nusa) yang terletak di sebelah tenggara Bali yang dipisahkan oleh Selat Badung. Di dekat pulau ini terdapat juga pulau-pulau kecil lainnya yaitu Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan. Perairan pulau Nusa Penida terkenal dengan kawasan selamnya diantaranya terdapat di Penida Bay, Manta Point, Batu Meling, Batu Lumbung, Batu Abah, Toyapakeh dan Malibu Point.
Bali dan Nusa Penida
Pulau Nusa Penida

Setelah berdomisili di Denpasar selama 4 (empat) tahun maka baru kali inilah saya berkesempatan untuk mengunjungi  pulau Nusa Penida. Ada beberapa cara untuk mencapai pulau yang bersebelahan dengan Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan ini, yaitu dengan cara : 
1.Naik speedboat dari Sanur dengan biaya Rp,65.000/trip.Dalam sehari ada beberapa pilihan waktu untuk menyeberang ke Nusa Penida.
speedboat

2.Naik perahu tradisional yang bermesin (jukung) dari Kusamba / Karangasem dengan biaya bervariasi antara Rp.40.000-Rp,60.000
Jukung
3.Naik kapal ferry Roro dari Padang Bai dengan biaya Rp.15.000 .Oleh karena saya akan membawa motor kesana maka saya memilih moda transportasi ini dengan tarip berikut motor adalah Rp.37.000 yang mana paling ekonomis dari semua pilihan.
Kapal ferry roro
Pada hari Sabtu, 14 September 2013 saya start dari Denpasar pukul 10.30 karena menurut informasi pihak ASDP Padang Bai yang saya kontek sehari sebelumnya, jadwal keberangkatan ferry ke Nusa Penida adalah hanya sekali sehari yaitu pukul 13.00.

Setelah memuat perlengkapan untuk travelling plus roti secukupnya karena menurut informasi bila diatas jam 20.00 semua warung tutup disana, saya pacu Scorpy ke Padang Bai.Pukul 12.30 saya tiba di Padang Bai dan setelah membayar tiket ferry seharga Rp.37.000 saya masuk ke antrean ferry. Sembari nunggu saya sempatkan untuk mengisi perut dengan makan nasi bungkus ala kadarnya yang dijual disitu. Lumayan lah sekedar mengganjal perut siang itu.
Antrean ferry di Padang Bai




Setelah menanti sekian lama baru pukul 15.30 ferry muncul dari arah Nusa Penida dan antrean sudah semakin padat karena sebagian besar orang yang menuju ke Nusa Penida adalah untuk keperluan sembahyang di pura disana.
Warga membawa banten untuk sembahyang

Antrean padat

Akhirnya pada pukul 16,00 ferry bertolak ke Nusa Penida. Ombak agak besar siang itu membuat ferry hanya dapat melaju 15 km/jam (kecepatan normal nya 18-20 km/jam) saya lihat di GPS..Setelah berlayar kurang lebih 90 menit akhirnya ferry merapat di pelabuhan Nusa Penida di kota Sampalan, ibukota kecamatan Nusa Penida. Saya lihat jam sudah menunjukkan pukul 17.30 dan otomatis seluruh itenerary saya untuk hari ini buyar. Time has runnin' out kata Muse,
Penumpang padat
Tanpa membuang waktu, saya segera mengaktifkan GPS dengan Navitel maps  yang sangat terpercaya. Saya arahkan tujuan ke Crystal Bay dengan jarak 16 km dari pelabuhan.Typical jalan yang sempit dan bumpy di Nusa Penida saya libas dengan speed konstan 80 km/jam untuk mengejar moment sunset di Crystal Bay.
Setelah melewati Toyapakeh, jalan mulai menanjak dan berliku diselingi turunan2 tajam. Namun kondisi jalan demikian tidak memperlambat saya untuk memacu Scorpy.Pada beberapa jalan "crest" mulai terasa beberapa kali ban Scorpy tidak menapak aspal alias small-jump.. Wow..what a ride :)
Typical jalan yang sempit
Jalan menurun

Tak lama kemudian saya tiba di Crystal Bay yang merupakan highlight view di Nusa Penida. Pantainya tidak seberapa luas namun bersih dan sunset nya indah sekali. Terlihat beberapa wisatawan mancanegara tengah menikmati indahnya sunset Sabtu sore itu.
Pantai di Crystal Bay


"Double" sunset karena pantulan di air


Rasanya ingin untuk ber-lama2 di Crystal Bay namun gelap mulai menjemput. Suasana berubah menjadi gelap pekat. Segera saya memacu Scorpy balik kearah kota Sampalan. Jalan sempit dan berliku menuju Sampalan yang hanya dterangi cahaya lampu motor cukup membuat saya lebih ber-hati2 dan tentunya kecepatan menurun menjadi hanya 60 km /jam.Terlebih lagi,aura mistis dipulau ini sangat terasa kental, membuat saya sangat ber-hati2 dalam masuk keluar tikungan, karena sering terlihat bayangan2 seolah ada orang akan menyeberang dipinggir jalan, padahal itu adalah semak belukar yang jauh dari pemukiman.
Singkat kata, saya tiba di Sampalan dan langsung mencari lokasi pasar senggol yang di ceritakan bapak yang ketemu pada saat akan menyeberang di Padang Bai tadi siang. Benar aja, pasar senggol itu dipenuhi oleh pedagang2 warung tenda. Pilihan saya adalah "assorted -rice" alias nasi campur yang dijual oleh seorang ibu asal Jember.
Setelah  berbincang dengan ibu warung,saya diarahkan ke homestay pak Ray yang tepat diseberang lokasi warung senggol untuk overnite. Menurut si ibu, homestay itu cukup bersih dan langganan orang2 Pemda yang berkunjung kesana dengan tarif bersahabat yaitu Rp,100.000/malam.
Setelah saya masuk ke halaman homestay itu saya disambut oleh seorang bapak tua yang menjelaskan bahwa tarif nya adalah Rp.100.000 /malam. Langsung saya sepakati dan membayar lunas sewa kamar, karena besok pagi nya saya harus restart pukul 06.00 pagi demi efisiensi waktu dan mengejar ketertinggalan dari itenerary saya Sabtu itu.
Room#4 - Ray;s homestay
No AC - only fan
Setelah mandi saya menjalankan ritual "nge-cas" gadget supaya tidak repot keesokan harinya selama dijalan. Malam itu suasana sepi sekali di homestay karena dari 15 kamar tersedia hanya 3 kamar yang dihuni. Selesai sholat Isya saya pasang MP3 saya. Mulai dari lagu Behind the Lines nya Genesis hingga genre dankdut koplo nya Siti Badriah dengan hits nya Berondong Tua menemani saya malam itu.Yang tanpa sadar saya terlelap karena kelelahan.
Tiba2 saya tersentak dari tidur oleh hentakan intro lagu Land of Confusion nya Genesis dari  alarm  HP yang saya stel jam 4.15 pagi itu. Ada cukup waktu persiapan mandi dan sarapan sebelum masuk waktu subuh pukul 05.00.Tidak ada azan subuh di Sampalan karena masjid terdekat berjarak 10 km dekat desa Toyapakeh.
Setelah beres semua, tepat pukul 06.00 saya tinggalkan homestay  pak Ray dengan tujuan utama pantai karang Pasih Uwug. Dari beberapa literatur dari blog yang tersedia di web, hanya menyebutkan lokasinya di Banjar Sompang tanpa keterangan koordinat lokasi. Sehingga langsung terbayang bahwa saya bakalan sering bertanya kepada penduduk selain mengandalkan informasi dari GPS.

Pagi itu Nusa Penida baru saja menggeliat dari tidurnya, di pasar mulai terlihat warga lalu lalang dan menjelang desa Toyapakeh saya beli Aqua besar + Porcari Sweat untuk bekal dijalan karena Pasih Uwug memang merupakan lokasi sangat terpencil yang belum terjangkau oleh pedagang makanan.
Karena di GPS saya tidak terbaca nama Pasih Uwug, terpaksa saya mengandalkan informasi dari penduduk untuk menuju lokasi itu. Saya check di GPS. titik yang disebutkan penduduk adalah sekitar 15 km. Namun sering saya terkendala bahasa dalam menanyakan informasi detail rute karena kebanyakan penduduk lokal tidak bisa berbahasa Indonesia melainkan memakai bahasa Bali. Ken ken ini,tiang kurang paham..kenten :)

Hingga akhirnya tiba saya di desa Bunga Mekar, titik terakhir yang masih tergambar di GPS. Dari beberapa pemuda yang sedang asyik main bilyard pagi itu saya dapat informasi rute yang cukup akurat.Mulai dari desa ini saya membuat waypoint baru di GPS berdasarkan keterangan penduduk ke lokasi guna menghindari tersesat jalan pulangnya yang akan membuang waktu, karena saya berkejaran dengan ketatnya waktu jadwal ferry. Saya sudah harus tiba pukul 11.00 di pelabuhan untuk dapat pulang hari Minggu ini dengan ferry jam 12.00.
Mulai dari desa ini jalan menyempit dan aspal jalan tidak terlihat berganti dengan jalan swadaya masyarakat  yang beralaskan batu2 cadas putih yang sudah diratakan.
Jalan swadaya masyarakat
Sekitar 2 km memasuki jalan swadaya ini saya bertemu dengan warga setempat yang tengah padat karya merapikan jalan.Jumlah mereka cukup banyak ada sekitar 50 orang. Saya sempat berbincang dengan salah seorang korlap nya dan mendapat penjelasan bahwa tidak lama lagi, setelah diratakan dan dilebarkan menjadi 3 meter oleh swadaya penduduk jalanan akan segera dipoles aspal oleh pemerintah. Semoga ini bukan angin surga, mengingat potensi pemandangan yang bagus di Pasih Uwug.
Makin lama jalanan makin kecil sampai dekat obyek saya harus menembus semak belukar yang ada jalan setapak nya.
Jalan rumput menuju obyek
Menembus belukar menuju Pasih Uwug
Lepas dari belukar saya langsung disambut oleh pemandangan yang luar biasa indahnya.Terbayar sudah rasa capek guna mencapai lokasi ini,
Single track dibibir karang terjal
Finally I make it..

Tidak sia-sia rasanya sulitnya perjuangan untuk mencapai tempat ini karena indahnya view yang terhampar didepan mata.Sayangnya sarana jalan yang memadai  belum tersedia.
Turis naik speedboat dari Toyapakeh



Pantai karang yang terjal
Best view dan landmarknya Pasih Uwug
Sekitar 45 menit saya menikmati keindahan alamnya saya memutuskan untuk segera balik ke pelabuhan karena rintik hujan mulai turun membasahi bumi dan kebayang licin nya track berbatu yang didominasi tanjakan bila arah pulang.Beruntung saya sudah melengkapi Scorpy dengan ban Swallow SB117 berprofil kasar yang sedikit banyak akan dapat menjawab tantangan itu.

Memang, tidak semudah yang saya kira karena jalan tanjakan berbatu itu memerlukan kesabaran tersendiri untuk menaklukkan nya , selain bobot Scorpy + box cukup berat. Akhirnya saya dapat mencapai "main-road" aspalnya dengan selamat tanpa tergelincir pada tanjakan tadi.

Setiba dijalur aspal hujan semakin deras dan terpaksa saya mengenakan jas hujan yang memang selalu saya siapkan di motor. Perjalanan pulang saya melewati daerah suaka alam khusus untuk burung2 (bird-sanctuary) guna melindungi habitat species burung langka.

Bird sanctuary area
Tidak selang berapa lama kemudian saya memasuki desa Toyapakeh dengan cuaca yang cerah.Di desa ini terdapat dermaga speedboat yang dari Sanur.Cukup ramai turis mancanegara lalulalang disini.Juga tersedia sewaan motor dengan tarif Rp,50,000 untuk jenis motor matic, Jadi apabila ingin menggunakan speedboat dari Sanur, tidak usah khawatir untuk mengelilingi Nusa Penida.
Speedboat sandar di Toyapakeh
Sisi  barat dermaga Toyapakeh
Setelah memakan beberapa potong roti yang saya bawa dari Denpasar guna melengkapi sarapan yang tadi pagi hanya teh saja, saya melanjutkan perjalanan ke arah pelabuhan ferry di Sampalan.Sepanjang perjalanan, disisi pantai banyak terlihat nelayan yang bertani rumput laut yang merupakan hasil utama dari pulau Nusa Penida ini.
Rumput laut
Sebelum memasuki kota Sampalan ada pertigaan kekanan yang menuju sea-view dari atas bukit.Saya sempatkan sekedar naik sedikit, tidak sampai di main point nya karena takut ketinggalan ferry.
Simpangan ke arah sea-view
Sea view
Setelah dari posisi sea view diatas bukit saya langsung menuju pelabuhan untuk membeli tiket ferry agar tidak terlambat.
Depan kantor ASDP Nusa Penida
Line up menuju ferry
Ferry approaching
Langsung setelah itu motor diarahkan untuk line-up pada jalur masuk ke ferry. Akhirnya pada pukul 13,00 kendaraan dapat memasuki ferry untuk segera bertolak ke Padang Bai.Beruntung saya dapat tempat duduk pas pulang itu sehingga dapat tidur walau hanya sekejap. Sekitar 90 menit perjalanan ferry pun merapat di Padang Bai dan disambut hujan yang sangat lebat.

Sisa jarak 45 km dari Padang Bai saya tempuh dalam waktu 40 menit karena sudah tidak sabar ingin segera beristirahat guna persiapan untuk menonton MotoGP Misano. Pukul 15.30 saya tiba dengan selamat di kediaman dan langsung beristirahat. Tuntas sudah perjalanan dalam mengexplorasi pulau Nusa Penida walau dalam waktu yag sangat ketat.One day, I'll be back to Nusa Penida with more relaxing time...

No comments:

Post a Comment